Inilah saatnya kita membenahi diri secara fundamental, melakukan transformasi besar, menjalankan strategi besar. Strategi besar di bidang ekonomi, hukum, pemerintahan, sosial, kebudayaan, termasuk kesehatan dan pendidikan. Saatnya kita bajak momentum krisis untuk melakukan lompatan-lompatan besar.
Demikian petikan Pidato Joko Widodo beberapa waktu lalu, yang mendorong kita semua termasuk pemerintah sendiri agar memanfaatkan momentum krisis ini untuk melakukan perubahan besar. Ajakan ini bukan tanpa konsekuensi semisal membajak momentum itu berarti bangsa dan Negara ini perlu memiliki bajak yang hebat dan sakti.
Kemudian ajakan ini juga perlu kerja efektif agar momentum bisa ditangkap dengan baik dan bukan saling menjatuhkan diantara elemen bangsa atau dimanfaatkan segelintir orang untuk mengambil keuntungan pribadi.
Lompatan kemajuan bisa diraih dan peluang itu ada di depan mata. Indonesia Negara besar, tropis, strategis, kaya dan berdayatahan tinggi. Pertaniannya luar biasa. Iklimnya untuk pertanian, kehutanan dan perkebunan, juga perikanan paling aduhai di bandingkan belahan dunia manapun. Sejarah membuktikan VOC pernah menjadi perusahaan terkaya sejagad raya karena mengeruk kekayaan dari Indonesia. Potensi itu sampai sekarang masih ada.
Potensi ini kemudian bertambah karena saat ini ada jutaan pelaku usaha tumbuh di Indonesia, baik sebagai UMKM, sebagai freelancer, sebagai pelaku francise, dan lain sebagainya. Pemerintah perlu menyediakan bajak sakti untuk seluruh rakyat Indonesia memanfaatkan momentum ini. Beberapa hal perlu dilakukan pemerintah termasuk membuat keputusan efektif dan menyasar penerima manfaat dengan tepat.
Pemerintah setelah bangun jalan tol perlu bangun tol internet. Cepat, murah dan merata di seluruh Indonesia. Tentu ini tidak usah diperdebatkan lagi mengingat teknologi informasi tidak terkena dampak langsung dari covid ini dan justru membantu banyak sekali orang tetap bisa bergerak ditengah himpitan pademi. Pembelajaran online, jualan online, seminar online, dan lain sebagainya. Aspek aspek itu sangat terbantu karena koneksi internet masih berfungsi baik. Infrastruktur internet dan komunikasi tidak terimbas pademi.
Pertama; Alokasikan di semester kedua ini anggaran untuk penguatan dan persebaran koneksi internet. Jangan kesemuanya diserahkan ke pasar karena pemerintah dan bangsa ini sangat tinggi kepentingannya dengan teknologi dan informasi. Seandainya teknologi 5G itu benar sudah ada mungkin bisa diimplementasikan segera. Momentum yang perlu dibajak tidak akan lama. Namanya juga momentum.
Hiruk pikuk dunia pendidikan yang belepotan menghadapi pembelajaran jarak jauh salah satu faktornya adalah tidak meratanya cakupan sinyal internet. Ini warning bagi pemerintah karena lemahnya koneksi internet untuk pembelajaran juga lemah untuk pemasaran online, lemah pertukaran informasi secara lebih cepat, lemah generasi muda untuk mengembangkan kreatifitas berbasis koneksi internet dan lemah lemah lainnya. Revolusi industry 4.0 sudah di depan pintu. Koneksi internet cepat dan merata sudah tidak bisa ditunda lagi.
Kedua; perkuat usaha kecil dan mikro. Termasuk dalam cakupan ini adalah petani, nelayan, dan para pelaku usaha kecil lainnya. Pemerintah perlu turun tangan bagaimana para pelaku usaha kecil dan mikro termasuk para petani ini tetap terjaga semangat dan daya tahannya dalam menghadapi krisis.
Jangan dilihat dari angkanya semata, atau kontribusinya terhadap PDB semata. Tetapi pelaku usaha kecil dan mikro ini adalah orang perorang atau setiap orang adalah satu entitas bisnis; yang mana jika satu orang kena imbas krisis masih ada satu orang lainnya. Satu pelaku usaha kena imbas krisis masih bisa ditopang oleh orang lainnya.
Ini berbeda dengan perusahaan besar yang mengelola triliunan rupiah, begitu entitas tersebut kena imbas krisis, maka dampaknya sebesar jumlah triliun yang ia kelola. Berikan mereka akses, kemudahan dan kewenangan menentukan harga jual produknya yang sesuai dengan ongkos produksi dari produk yang dihasilkannya.