Lihat ke Halaman Asli

Muis Sunarya

TERVERIFIKASI

Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

Tuhan Maha Segalanya

Diperbarui: 18 Desember 2024   09:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masjid Nabawi Madinah Arab Saudi/Dokpri

Ini salah satu pengalaman spiritual yang kami, aku dan istriku alami ketika berhaji 2024 yang lalu. Kala baru saja menapakkan kaki di Kota Madinah Al-Munawarah.

Awal kisah. Sebelum terbang ke tanah suci.
Ketika di asrama haji Bekasi. Aku menukar Rupiah dengan Riyal Arab Saudi.
Sebanyak 750 Riyal sudah di tangan.
Riyal itu semuanya berupa pecahan 5 Riyal. Seluruhnya ada 150 lembar.

Aku dan istriku sebenarnya sudah menerima uang living cost (biaya hidup atau biaya sehari-hari selama di tanah suci) saat di Asrama Haji Bekasi masing-masing 750 Riyal. Namun, istriku lalu meminta tambahan dari Riyal yang sudah aku tukar.

Aku dengan agak gamang, memberikan 250 Riyal pecahan 5 Riyal itu untuk istriku, sambil berpesan, "Hati-hati, Bu!" Karena, menurutku, uang Riyal yang aku berikan kepada istriku itu tidak sedikit. Lumayan. Apalagi di negeri rantau. Riyal itu berupa 50 lembar pecahan 5 Riyal. Berarti sebanyak 250 Riyal.

Terbanglah aku dan istriku, serta jemaah haji kloter 6 berjumlah sekitar 440 orang dengan maskapai Saudia, atau kalau dulu dikenal dengan Maskapai Arab Saudi Arabian Airlines, pada tanggal 14 Mei 2024 Pukul 13.50 WIB. Dari Bandara Soekarno - Hatta Jakarta ke Bandara Pangeran Mohammad Bin Abdul Aziz Madinah Arab Saudi. Tepat pukul 19.50 WAS, kami mendarat.

Tiga hari di Kota Madinah, kami sibuk dengan mengejar dan berburu pahala "Salat  Arbai'in" di Masjid Nabawi. Salat Arba'in adalah istilah bagi jemaah haji, terlebih jemaah haji Indonesia, untuk menunaikan salat fardu berjemaah sebanyak 40 kali selama berada di Madinah.

Tiga hari itu di Madinah, aku baru tahu, bahwa 50 lembar pecahan 5 Riyal di tangan istriku ternyata raib. Entah, ke mana dan di mana?

Yang aku dan istriku ingat bahwa 1 lembar dari 50 lembar itu, artinya 5 Riyal, istriku sempat menyedekahkannya kepada seorang kru bus sesaat mendarat di Madinah dan membawa kami ke hotel.

Aku biasa, pecah marah. Aku pun sadar saat itu di Madinah. Dalam kondisi beribadah. Berhaji. Walakin aku dan istriku pasrah.
Mengikhlaskan. Menyadari bahwa anggap saja uang itu bukan rezeki kami. Tuhan sengaja mengambilnya kembali.

Tapi, apa yang terjadi sekitar lima hari berselang berada di Madinah? Dalam benak bertanya, "Benarkah ini terjadi?" Karena aku dan istriku sudah menganggap ini sesuatu yang mustahil terjadi. Dan sudah menyerahkan secara penuh, pasrah, dan bertawakal kepada Tuhan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline