Lihat ke Halaman Asli

Muis Sunarya

TERVERIFIKASI

Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

Serunya Ngebolang Saat Ramadan, Pengalaman Masa Kecil

Diperbarui: 21 April 2021   06:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Anak-anak berenang di sungai/Sumber Foto: detiknews.com

Ketika saya masih kanak-kanak yang tinggal di kampung, suasana puasa Ramadan memiliki kenangan tersendiri yang membekas dalam ingatan. Ada keseruan dan keceriaan layaknya masa kanak-kanak yang identik dengan dunia bermain dan bertualang.

Jadi banyak hal yang bisa diceritakan. Sehari atau dua hari menjelang puasa Ramadan, saya ingat betul, ada kebiasaan atau tradisi di kampung saya yang tidak jauh dari pantai Anyer Banten, berupa tradisi makan bersama yang disebut dengan "babacakan". 

Babacakan, acara makan bersama keluarga dan kerabat di pantai dengan menggelar tikar atau di saung-saung yang tersedia. Semua keluarga dan kerabat berkumpul dan makan bersama dengan menu berbagai ikan bakar, cumi bakar, sambal pecak belimbing buluh dan nasi liwet. 

Mengundang selera dan nafsu makan, nikmat sekali dengan diiringi deburan ombak laut Anyer dan hembusan angin sepoi-sepoi menyapu wajah.

Tradisi babacakan (makan bersama) di pantai seperti ini sebagai rasa syukur atas kesempatan dan kesehatan yang diberikan oleh Tuhan untuk dipertemukan kembali dengan puasa Ramadan, dan sekaligus doa bersama menjelang Ramadan.

Sehari sebelum puasa Ramadan, pada sore harinya, ada tradisi juga yaitu mandi beramai-ramai nyebur di sungai yang airnya tentu saja jernih, dan letaknya agak jauh dari perkampungan, ditempuh dengan berjalan kaki, menyusuri jalan setapak di perkebunan (ladang/kebun) penduduk.

Pada malam harinya, saat salat isya dan salat tarawih pertama, warga masyarakat, dari bapak-bapak, ibu-ibu, tua-muda, tentu saja anak-anak, berbondong-bondong menuju masjid atau langgar (musala).

Salat Tarawihnya plus salat witir dilakukan 23 rakaat dengan tempo yang cepat, kilat, dan sesingkat-singkatnya. Karena bacaan salatnya cepat sekali (kayak nge-rap) tanpa jeda dan pas ucapan kata "amin" dengan suara lantang dan dengan ritme yang panjang dan meliuk-liuk (seperti dibuat-buat). 

Anak-anak apalagi sangat senang model salat Tarawih seperti ini. Tahu sendiri namanya juga anak-anak salat sambil senang-senang bermain dan bercanda.

Setelah salat Tarawih, saya dan teman-teman sebaya melakukan tadarus (membaca Al-Qur'an) di masjid atau langgar bersama-sama dengan berbagi jatah bacaan 1 juz per orang terus-menerus selama sebulan dengan target tamat 30 juz.

Sepanjang siang di bulan Ramadan, saya dan teman-teman sepermainan sering memancing ikan dan udang di sungai, berenang di sungai atau di laut,  memanjat pohon kelapa untuk mengambil kelapa muda di ladang atau kebun, memetik jambu mede, memetik buah melinjo, buah jengkol, dan lain-lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline