Lihat ke Halaman Asli

Muis Sunarya

TERVERIFIKASI

Menulis tentang filsafat, agama, dan budaya

Karena "Jager Kurmin", Inilah Sakit Saya yang Nyaris Berujung Meatotomy

Diperbarui: 10 September 2020   21:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mantan Menko PMK Puan Maharani mendampingi Presiden Jokowi saat memecahkan rekor senam Poco-poco Guiness Book of Word Record di Monas, Minggu (5/8/2018) | kompas.com via Dok. Humas Kemenko PMK

Ada slogan berbahasa Arab, "al-harakah barakah". Artinya, bergerak itu berkah. Bergerak itu ternyata penting sekali. Diyakini, banyak gerak, banyak juga manfaatnya. Semakin bergerak, maka semakin sehat. 

Rezeki pun akan mendekat, dan menghampiri kita, karena ada proses bergerak, dan mau menjemputnya. Jangan suka bermimpi dapat rezeki nomplok, gubrak jatuh dari langit, tanpa berusaha, mau bergerak, dan menjemputmya.

Ibarat air, kata Imam Syafi'i, salah satu ulama mazhab fikih, jika terus bergerak dan mengalir, maka ia akan menyehatkan. Sebaliknya, jika air itu diam dan mandeg, justru mengundang bibit penyakit dan berbahaya. Nyamuk suka sekali bersarang dan berkembang biak di kubangan air yang diam dan mandeg seperti itu.

Contoh yang lain, kurang gerak, atau hanya sekian detik (sebentar berarti) saja mampu bergerak dan berdiri tegak alias menderita ejakulasi dini bagi seorang suami, maka ditengarai bisa berakibat fatal. Karena seorang istri akan sulit merasakan, bahkan gagal menikmati orgasme, puncak kenikmatan bercinta. Dan tidak jarang gara-gara ini, istri tidak segan-segan melayangkan gugatan cerai ke pengadilan.

Lain lagi dengan yang saya pernah alami. Pada dekade yang lalu, saya pernah mengidap sakit yang lumayan merepotkan aktivitas keseharian saya, karena jarang gerak (jager) dan kurang minum (kurmin). Inilah cerita sakit yang pernah mendera saya dan nyaris berujung meatotomy itu.

Adalah berawal dari sakit yang luar biasa di sekitar pinggang saya agak ke belakang di atas pinggul. Mulanya saya pikir, ini sakit biasa-biasa saja. Paling banter masuk angin, atau kalau tidak, cuma gejala maag. Maka saya biasanya minum obat maag atau obat tolak angin, bisa juga karena masih menganut cara tradisional, pilihannya adalah dikerok untuk mengatasi gejala masuk angin.

Tapi ternyata sakitnya tetap tidak reda-reda. Masih terasa, dan sakit luar biasa. Sakitnya itu, dokter sempat bilang, seperti seorang ibu yang melahirkan secara normal--bayangkan saja bagi ibu-ibu yang pernah melahirkan normal, bukan operasi caesar, seperti itulah rasa sakitnya.

Akhirnya, karena rasa sakitnya tidak mereda, terpaksa saya ke rumah sakit. Masuk ke ruang Unit Gawat Darurat (UGD). Hasil pemeriksaan dokter, diprediksi, dan ini baru diagnosa awal, bahwa sakit saya disebabkan batu ginjal. 

Untuk memastikannya, mesti dilakukan pemeriksaan melalui laboratorium lebih dulu, dan ditangani oleh dokter spesialis urologi. Sebagai penanganan pertama, dokter memberi semacam obat penghilang rasa sakit (analgesik, obat untuk meredakan rasa nyeri tanpa mengakibatkan hilangnya kesadaran). 

Selang beberapa menit, benar rasa sakitnya mereda. Setelah itu saya boleh pulang dari rumah sakit dengan catatan sebagaimana pesan dokter, saya harus kembali lagi ke rumah sakit pada hari yang ditentukan sesuai jadwal praktik dokter urologi.

Dan di hari berikutnya, sesuai jadwal waktu yang sudah ditentukan untuk kontrol lagi ke rumah sakit, saya langsung ditangani oleh dokter spesialis urologi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline