Saat jelang kelahiran Nabi Muhammad, Ka'bah di Makkah, Arab Saudi, diserang dan akan dihancurkan oleh Raja Abrahah dan pasukan bergajahnya dari arah Yaman.
Namun, sekumpulan "Burung Ababil" beterbangan dan menyebar massif di udara persis di atas pasukan itu, mengurungkan niat jahat mereka dengan melemparkan dan menjatuhkan "batu-batu" itu ke arah mereka. Dan sontak mereka pun tewas mengenaskan, seperti daun-daun dimakan ulat.
Makna "batu-batu" ini sebenarnya tak pasti penjelasannya dan tak pernah ada yang tahu. Tampaknya, peristiwa ini adalah misteri Ilahi.
Apakah itu berupa virus mematikan, atau nyata itu benar-benar berupa material batu? Bagaimana pula memahami kata "burung ababil [berbondong-bondong]" ini? Apakah itu sekadar metafora, atau nyata adanya?
Nama "Burung Ababil" sendiri populer melalui narasi Al-Quran surat Al-Fil (Gajah) ayat 1 - 5, yang secara lengkap berbunyi:
"Tidakkah engkau melihat bagaimana yang telah diperbuat Tuhanmu terhadap Ashhab al-Fil (pasukan gajah). Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka dalam kesia-siaan. Dan Dia mengirim atas mereka burung-burung berbondong-bondong. Yang melempari mereka dengan batu-batu dari sijjil. Lalu menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan ulat."
Kata "ababil" di sini diterjemahkan dengan arti "berbondong-bondong". Kalau boleh diartikan, sama artinya dengan "banyak dan massif menyebar dan beterbangan."
Lantas terkenal dengan istilah "burung ababil" atau sejenis burung bernama "ababil", entah siapa yang kali pertama yang mempopulerkan. Walaupun, Sayyid Quthub menyebut "burung ababil" dalam tafsirnya.
Menduga sejak masih kanak-kanak kisah "Raja Abrahah, Pasukan Bergajah, dan Burung Ababil" yang dramatis ini, sering berseliweran terdengar dan didongengkan oleh para ustaz di pengajian, atau oleh para orangtua untuk anak-anaknya sebagai pengantar tidur. Sehingga kisah ini menjadi semacam kepercayaan turun-temurun yang melekat di benak anak-anak, mungkin sampai dewasa.
Padahal dalam terjemahan Al-Quran berbahasa Indonesia, versi apa pun, atau versi Kementerian Agama yang populer itu, misalnya, tidak pernah menerjemahkan kata "thairan ababila" dengan "burung ababil", tapi hampir semua menerjemahkan dengan "burung yang berbondong-bondong".
Di kitab-kitab tafsir hampir semua sepakat bahwa kisah yang diceritakan dalam Surat Al-Fil ini, untuk menunjukkan betapa kekuasaan dan kekuatan Tuhan di atas segalanya. Bahwa peristiwa itu terjadi tidak lepas dari pengaruh "tangan" Tuhan. Tuhanlah yang melakukan itu semua. Selesai.
Namun beberapa mufasir mulai berbeda penafsirannya tentang "burung-burung", dan "batu-batu" itu.