Lihat ke Halaman Asli

Pengangkatan Kepala BIN, Kok Tua?

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Presdien Jokowidodo menunjuk Letjen (pur) Sutioso menjadi kepala BIN menggantikan Marciano Norman, apa yang membuat Presdien Jokowi menunjuk Sutioyo menjadi kepala BIN, padahal Sutioso adalah ketua partai PKPI yang seharisnya Prsdien tidak menunjuk ketua partai menjadi kepala BIN, walaupun dalam pengengkatan itu, Prsdien mempunyai hak yang melekat pada dirinya. Hak Preogratif Presiden. Melihat perkembangan bidang intelijen sekarang, perang tidak lagi menjadi alat diplomasi yang terakhir, namun telah mengarah ke poal perang cyhber yang lebih kompleks dan lebih banyak ke perang yang tidak lagi menggunakan fisik dan senjata, namun telah menjadi perang ekonomi yang lebih banyak menghancurkan sendi-sendi kekuasaan.

Pengangkatan kepala BIN mungkin menjadi pertimbangan bahwa Sutioyoso adalah partai pendudukung kekuasaan yang harus di bayar oleh Jokowi setelah terpilih, pada akhirnya Jokowi membayar utang yang telah di bayarkan artinya bisa jadi Sutioso menjadi debt colektor bagi Jokowi. bagi-bagi kekuasaan yang pada akhirnya adalah politik balas budi dan balas jasa.

Secara usia Sutioso sduah berumur 70 tahun lebih dan berada dalam situai di mana BIN membutuhkan mekanisme intelijen yang mumpuni, namun hal itu di abaikan Jokowi bahwa BIN hanya akan menjadi alat kekuasaan nantinya. Kekecewaan warga NU terhadap Jokowi yang telah menjanjikan Kepala BIN kepada kader NU yang juga pernah malang melintang di intelijen yaitu Asaad Ali tidak menjadi pertimbangan Jokowi, padahal di masa lalu, Sutiosolah yang telah menyerbu kantor PDI di jalan Di Penogoro Jakarta Pusat yang lebih di kenal dengan KUDATULI pada peristiwa tersebut Sutioso yang menjadi pangdam jaya dan perintah penyerbuan itu di lakukan oleh PHH kodam jaya, makanya sebagian warga PDIP yang sekarang terpilih adalah alumni KUDATULI termasuk Maruarar Sihaan yang turut berada di dalam kantor PDI pada saat itu.

Soeharto tidak ingin PDIP menjadi besar sehingga memunculkan PDI tangdingan  yang di pimpin Megawati, sehingga Soeharto sebagi presiden sangat gerah dengan terpilihnya Megawati.Secara idiologi, Jokowi bukan kader PDIP sehingga bisa jadi Jokowi menafikan peran Sutioso di masa lalu dan secara langsung telah menjadi pendukung utamanay di pilpres dan mengalahkan Prabowo.

Jokowi mungkin berpikiran dengan Sutioso menjadi kepala BIN, presdien bisa mengendalikan BIN dan menjadi alat yang bisa di gunakan untuk membungkam perlawanan-perlawanan kecil dari eksternal Jokowi dan bisa menjadi alat keseimbangan politik antar Jokowi dan PDIP.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline