Coldplay, band kenamaan asal Inggris ini akhirnya akan menyapa penggemar di tanah air. Sontak, lini masa media sosial kita dipenuhi oleh percakapan-percakapan mengenai konser Clodplay ini. Band yang digawangi oleh vokalis Chris Martin ini memiliki eksistensi yang luar biasa di industri musik internasional. Band ini pertama dibentuk di Inggris dengan nama Pectoralz pada tahun 1996 yang kemudian mengubah namanya menjadi Coldplay pada tahun 1998. Pelantun lagu "My Universe" dipastikan akan melaksanakan tur Asia tahun ini dan tampil di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta tanggal 15 November mendatang.
Band ini bukan hanya memiliki pamor tinggi dan bertahan lintas generasi, mereka juga dikenal dengan kepeduliannya terhadap lingkungan. Dalam beberapa kabar yang beredar di media sosial, Coldplay disebut-sebut sempat enggan konser di Jakarata beberapa tahun silam. Hal tersebut disebabkan oleh pandangan mereka terhadap Indonesia yang dianggap belum serius menangani masalah lingkungan, terutama masalah deforestasi dan kebakaran hutan.
Wajar saja demikian, Coldplay memang memiliki atensi yang tinggi terhadap maslah lingkungan di dunia. Tahun 2019 silam, mereka sempat membuat pernyataan yang menggemparkan dunia musik, bahwa Coldplay tidak akan membuat tur dunia hingga bisa membuat konser yang ramah lingkungan dan dapat mengurangi emisi karbon.
Tahun 2022 setelah pandemi semakin membaik, Coldplay mulai menggelar konser yang ramah lingkungan. Salah satu Prinsip keberlanjutan dalam konser mereka adalah reduce (mengurangi). Mereka berhasil memangkas 50% emisi karbon pada tur tersebut dibandingkan tur tahun 2016-2017. Beberapa cara yang dilakukannya adalah dengan menggunakan energi kinetik dan energi surya untuk sumber tenaga listrik dalam konser mereka. Coldplay juga tidak mengguanakan pesawat jet khusus dalam penerbangannya selama tur musik, melainkan mengguanakan pesawat komersil.
Coldplay juga memiliki inovasi pembuatan aplikasi bernama Music of the Spheres World Tour. Aplikasi ini dapat menghitung berapa emisi karbon yang kita keluarkan jika ingin datang ke konser mereka. Aplikasi ini juga akan memberikan panduan bagi para penikmat musik agar tetap menjaga kelestarian lingkungan saat maupun setelah konser berlangsung.
"Kami bangga dengan aplikasi Music of the Spheres. Selama beberapa tahun, kami mencari cara untuk membuat lingkungan berkelanjutan di tur kami. Aplikasi itu adalah bagian besar," kata Coldplay dalam keterangan resminya. Dalam konser ramah lingkungan itu, band Coldplay juga menggunakan kinetic dance floor, lantai panggung yang menghasilkan energi dari gerakan personelnya. Coldplay juga memperhatikan penggunaan air selama konser berlangsung. Mereka sebisa mungkin menghemat penggunaan air dan menyediakan tempat pengisian air minum sehingga penonton diimbau agar membawa botol minum sendiri.
Coldplay juga memiliki prinsip restore (mengembalikan) dalam tur musik mereka. Prinsip ini bertujuan untuk membiayai proyek lingkungan yang bisa mengembalikan jejak karbon dari para penonton selama konser berlangsung. Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari komitmen mereka menjaga dan melestarikan lingkungan melalui sumber daya yang mereka miliki. Coldplay sangat meyakini bahwa lingkungan dan bumi ini dapat dijaga dengan kekuatan atau upaya yang maksimal dari berbagai pihak.
Dalam pernyataan resminya, Coldplay menuturkan, "Kami sangat sadar planet ini mengalami krisis iklim, ini salah satu upaya kami, meski belum sempurna namun kami berkomitmen." Music of the Spheres World Tour yang akan digelar pertengahan bulan November mendatang di Gelora Bung Karno ini membawa misi seputar energi berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Sebelum nonton konser Coldplay, yuk coba kita belajar dari mereka dalam menjaga iklim, lingkungan, dan bumi kita tercinta. Mungkin langkah yang kita lakukan belum bisa sebesar langkah band asal London, Inggris itu. Namun, kita bisa memulainya dengan langkah konkrit sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, coba biasakan menggunakan lap kain saat membersihkan kaca atau meja di rumah. Lap kain yang dapat digunkan berulangkali bisa mengurangi ketergantungan kita pada penggunaan tisu atau tisu basah. Penggunaan tisu berlebih akan berdampak pada penghamburan bahan baku tisu itu sendiri, yaitu kayu (pohon).
Selanjutnya, mari kita kurangi penggunaan plastik. Caranya mudah, bisa dengan coba gunakan tempat makan dan minum yang dapat digunakan kembali atau saat belanja membawa kantong belanja sendiri yang berbaahan non-plastik. Perlu diingat, bahwa beberapa jenis plastik, seperti sterofoam dapat terurai hingga jutaan tahun lamanya. Maka tidak heran, plastik dijuluki sebagai samapah abadi.
Langkah berikutnya, coba mulai membiasakan diri menggunakan transportasi publik untuk mengurangi emisi karbon dan mengurangi polusi. Sebetulnya, ada banyak cara-cara lain yang dapat membantu melestarikan lingkungan, seperti pengurangan penggunaan AC, mendaur ulang sampah plastik, menanam pohon, dan menghemat energi.