Pontianak, Rabu 4 Desember 2024. Belakangan ini, pernyataan Gus Miftah yang menyebut salah seorang pedagang sebagai "goblok" menjadi sorotan publik. Sebagai seorang yang aktif dalam dunia dakwah, saya merasa perlu menyampaikan pandangan sekaligus keprihatinan terkait fenomena ini. Bukan karena saya merasa lebih tahu, tetapi karena ada tanggung jawab moral dalam menjaga lisan, dan dakwah yang seharusnya membawa rahmat, bukan menciptakan luka.
Saya mengakui peran besar Gus Miftah dalam menjangkau berbagai lapisan masyarakat, khususnya komunitas yang sering kali sulit ditembus oleh dai lain. Namun, semakin besar pengaruh seorang dai, semakin besar pula amanah untuk menjaga tutur kata.
Lisan Adalah Amanah
Dalam Islam, lisan adalah amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Allah Ta'ala berfirman:
"Tidak ada suatu kata yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir."
(QS. Qaf: 18)
Lisan memiliki kekuatan besar: dengan lisan, kita dapat menginspirasi, dan menyatukan, namun dengan lisan pula, kita bisa melukai ,dan memecah belah. Ketika seorang dai menyebut pedagang dengan kata "goblok," apakah itu akan memperbaiki keadaan? Ataukah justru membuat mereka tersinggung, dan menjauh dari dakwah?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik ,atau diam."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Nasihat Rasulullah ini mengajarkan bahwa jika kita tidak bisa berkata yang baik, lebih baik kita diam. Ucapan kasar mungkin akan menarik perhatian, tetapi apakah perhatian itu membawa kebaikan atau justru memicu perpecahan ?.