Banyak yang kuliah, tapi ga tau mereka itu kuliah untuk apa? Kebanyakan kalau ditanya paling juga jawabannya "untuk mencari ilmu", itu kan jawaban yang klasik, tapi pada kenyataannya ketika mereka kuliah, mereka itu kuliah hanya untuk bersenang-senang meskipun ada juga yang benar-benar ingin mencari ilmu. Saya adalah pelaku dari kenyataan kondisi mahasiswa yang demikian, dan salah satu yang termasuk kategori mahasiswa pemalas dan hanya bisa bersenang-senang.
Kuliah != Kerja(Kuliah tidak sama dengan Kerja), berdasarkan pengalaman saya kuliah itu berbeda dengan kerja. Saya kuliah di jurusan Manajemen Informatika di salah satu kampus ternama yang ada di Bandung, menurut pengamatan saya harusnya lulus dari kampus tersebut saya atau mahasiswa lainnya sudah punya skill yang kaitannya erat dengan software development(pembuatan software). Tapi ternyata kenyataannya tidak demikian, banyak teman-teman saya yang lulus lebih dulu terpontang-panting bingung nyari kerja dimana karena pesimis "gw ga bisa apa-apa", akhirnya ada yang kuliah lagi(karena ortunya banyak duit) dan ada juga yang terpaksa nyari kerja.
Untuk kisah saya, saya lulusnya telat disemester delapan dikarenakan pencaharian jati diri. Saya ketika itu berfikir "saya harus punya skill, minimal menguasai satu bahasa pemrograman". Akhirnya saya mengambil TA(Tugas Akhir) tentang pencaharian pom bensin menggunakan smartphone. Alhamdulilah saya lulus dengan menguasai bahasa pemrograman java khususnya di android mobile. Saya lulus langsung mendapatkan pekerjaan dan ternyata skill saya mumpuni ketika di dunia kerja, akhirnya semuanya jadi jelas apa yang dulu saya dapet di bangku kuliah, misalnya tentang database(tempat penyimpanan data), dulu saya ga ngerti buat apa sih belajar database? sekarang alhamdulilah sudah terjawab.
Nah maksud saya begini, alangkah baiknya pihak penyelenggara pendidikan(universitas/politeknik/sekolah tinggi/institut/akademik) menyesuaikan kurikulum sesuai kebutuhan dunia kerja. Berikut saya jelasin detailnya apa yang menurut saya harusnya dilakukan oleh pihak penyelenggara pendidikan :
- Menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan di dunia kerja yang ada sekarang ini. Contoh, saya kan mahasiswa Manajemen Informatika, di awal sudah dijelasin kenapa kita harus belajar algoritma pemrograman, kenapa kita harus belajar bahasa pemrograman dan dikaitkan dengan realita di dunia kerja, kalau kurikulum IT berarti dikaitkannya dengan kebutuhan di perusahaan IT Konsultan.
- Setiap mata kuliah menghadirkan praktisi yang berkaitan dengan mata kuliah itu sendiri. Contoh, mata kuliah tentang database menghadirkan pakar/praktisi database dari perusahaan konsultan IT ternama, agar mahasiswa bisa membayangkan fungsi dari memahami database itu sendiri ketika diterapkan di dunia kerja. Pakar/praktisi database tersebut dihadirkan diawal periode mata kuliah, pertengahan periode mata kuliah dan akhir periode mata kuliah.
- Hentikan punishment tentang nilai!, kenapa mahasiswa di indonesia banyak tapi negara ini ga maju-maju? Itu karena kebanyakan mahasiswa hanya mengincar nilainya saja bukan skill/kemampuan. Alhasil IP 3,4 hanyalah sebuah tulisan tidak berdampak pada skill. Soalnya di dunia perkuliahan itu ada sindrom "aduh, nilai gw rendah euy, gw takut ga lulus", harusnya sindrom yang dibangun itu adalah "aduuh euy saya masih belum menguasai tentang mata kuliah database, insya allah dua minggu lagi saya bisa menguasai/memahami/mempraktekan keilmuan database yang nanti akan saya miliki".
Cukup tiga aja deh saran dari saya, semoga bermanfaat. Maaf kalau tulisan atau kata-katanya berantakan memang saya bukan seorang penulis, saya hanya ingin menyampaikan sebuah apresiasi terkait dengan dunia kemahasiswaan. Karena tulang punggung maju atau mundurnya akhlak bangsa ini terletak pada mereka mahluk yang ber label "MAHASISWA".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H