Lihat ke Halaman Asli

Obrolan Dengan Isteri: "Pengen Aja Ato Pengen Banget?"

Diperbarui: 20 Juni 2015   02:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberapa malam lalu ngobrol dgn isteri.
Saya: “Oya, gimana pilpres? Sudah tentukan pilihan?"
Isteri: “Sudah. Hehe.. knapa?”
Saya: “Cuma pengen tau aja.”
Isteri: “Hehe.. Pengen aja ato pengen banget?”
Saya: “Hahaha.. Wkt pemilihan legislatif, pilih partai apa?”
Isteri: “P##. Kalo kakak?”
Saya: “Sempat mau pilih Demokrat karena mereka buka konvensi. Kan pesertanya ada Dahlan Iskan sama Anies Baswedan. Hmm.. Tapi akhirnya nggak ikut milih karena terlambat daftar di KJRI Chicago. Untung nggak jadi pilih Demokrat, ternyata konvensi cuma ‘dagangan’…”
Begitulah pemirsa… contoh obrolan orang-orang yg bukan kader partai. Memilih partai tergantung calon yg bakal diusung, bukan ideologi partai karena partai tidak punya ideologi. Kalaupun ada, maka ideologi semua partai sama… mendapatkan kekuasaan.
Di Indonesia, ideologi partai dan kekuasaan seperti ayam dan telur. Nggak jelas mana yg duluan. Katanya mendapatkan kekuasaan untuk menjalankan ideologi partai. Tapi kenyataannya, ideologi dijual untuk mendapatkan kekuasaan.

Karena sama-sama bukan kader partai, saya dan isteri kadang punya pilihan partai yang berbeda. Mungkin begitu juga nantinya dengan presiden yang akan kami pilih. Sebagian orang mungkin beranggapan bahwa sebagai kepala rumah tangga yang bertanggungjawab terhadap isteri, saya seharusnya mengarahkan isteri untuk memilih presiden yang tepat.
Bagi saya, benar tidaknya pilihan manusia bukan ditentukan hasil pilihannya, melainkan 'bagaimana' memilihnya dan 'bagaimana menjalani' pilihannya. Terlepas siapa yang dipilih, selama pilihannya itu dilakukan dengan upaya optimal untuk memilih yang tepat dan didasari niat untuk mewujudkan ketakwaan pada Tuhan, maka itulah pilihan yang benar.
Jadi, saya menghindari menghakimi pilihan orang apalagi sampai menghakimi keimanan orang lain karena pilihannya.  Biarlah Tuhan yang menghakimi ketakwaan manusia karena Tuhan yang Maha Tahu seberapa upaya kita dan apa yang mendasari pilihan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline