Lihat ke Halaman Asli

Kepergian dan Sebuah Akhir

Diperbarui: 30 Oktober 2016   04:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siluet pribadi

Di senja yang merah
Seorang muda tengah lupa
Sebagian orang tertunduk menangisi.

Di pintu pergantian waktu,
Gerbang peralihan siang dan malam.
Hilangnya cahaya hingga gulita datang menggantikan
Bulan masih enggan memunculkan senyum di sela penantian
Dari punggung hari yang berduka, lambaian kematin dihembuskan
Mengantar angin hingga ke pangkuan jiwa yang menjadi tamu
Untuk nyawa yang tercatat nilai, atas perpisahan ruh dari materi

Di senja yang merah
Seorang muda tengah lupa
Sebagian orang tertunduk menangisi.

Dari gugurnya daun kehidupan atas pewaris kematian
Kemudian pintu-pintu kegaiban dibuka hingga sejelas-jelasnya
Meyakinkan setiap kita atas hakekat sebuah penciptaan
Kita berasal dariNya dan akan kembali kepadaNya

Ada yang hilang dari sebuah silsilah
Sebuah nama yang kini ditangisi akibat kepergiannya.
Kepergian yang takkan pernah kembali
Abadi pada jeda lupa hingga berganti

Di senja yang merah
Seorang muda tengah lupa
Sebagian orang tertunduk menangisi.

Serupa angin dan kini ia telah berlalu
Hilang dengan selentingan harapan yang mungkin
Telah lama tiba di penghujung malam
Menunggu sesiapa kawan di antara ribuan orang
Hingga ia utuh jadi bagian dari ritual perelaan
Makhluk baru dengan alam yang baru.

Samata, 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline