Dua orang sedang mendiskusikan tugas tentang kapan akan dilakukan. si A bertanya kepada B:
A: "Kapan kita mau nyelesain tugas ini?"
B: "Ya elah, santai aja, tugasnya dua minggu lagi, nanti aja di akhir-akhir, biasanya kalo udah deadline suka dapat ide dari the power of 'kepepet'."
A: "Yakin?"
Percakapan di atas sering sekali kita lakukan, bahkan pada tugas yang menurut kita sudah mendesak. Prokrastinasi atau kegiatan mendunda pekerjaan dengan segaja untuk dikerjakan diakhir-akhir itu sebetulnya pilihan seseorang. Namun, bila terlalu sering dilakukan, hasilnya cenderung biasa-biasa saja. Dan setelah pekerjaan dilakukan, tak ada kepuasan sedikitpun didapat. Justru rasa bersalah seringkali muncul akibat kita menunda pekerjaan penting itu.
Tapi, kenapa kita tetap melakukan penundaan pekerjaan meski kita tahu bahwa pekerjaan atau tugas itu penting. Mengutip dari karya Thibaut Meurisse dalam "Master Your Time", setidaknya ada 8 alasan umum seseorang menunda pekerjaan mereka.
1. Kurangnya Kejelasan Tugas
Saat pertama kali diberikan tugas, misalnya, menulis suatu topik penelitian. Kita tidak tahu harus melakukan apa yang lebih dulu. Kita ragu pada diri sendiri apakah ide tulisan cocok atau tidak. Banyak hal membingungkan karena ketidaktahuan kita harus melakukan apa selanjutnya. Ini akhirnya menghambat diri untuk melakukan tugas itu sesegera mungkin.
Solusinya: Tanyakan pada diri sendiri "kenapa tugas ini penting?" "bagaimana aku mampu melihat hasil akhir dari tugas ini?" Jika masih kurang jelas, cara yang barangkali cukup ampuh adalah merincikan tugas itu menjadi bagian. Dengan contoh di atas menulis topik penelitian. Kita bisa membagi menjadi bagian-bagian kecil seperti: mengumpulkan bahan bacaan, menulis draf, menargetkan berapa kata dan halaman, mencari data-data lain, dan mulai membaca dulu beberapa waktu, lalu menulis, terakhir menulis ulang atau editing, konsultasi, dan publish.
2. Kurangnya Kesadaran
"Ah nanti aja, belum dapat hidayah aku tuh untuk nugas!" Kalimat seperti ini sering kita dengar bahkan kita lontarkan. Menunggu motivasi untuk hadir. Kita akan merampungkan pekerjaan dengan syarat telah mencapai kondisi tertentu. Faktanya, motivasi tidak pernah benar-benar dibutuhkan. Istilahnya dinamakan dengan motivation myth.
Solusinya: saat sedang tidak merasa ada motivasi, tanya lebih dulu kepada diri sendiri "kenapa aku harus merampungkan tugas ini sesegera mungkin? kenapa tugas ini penting untuk diselesaikan?" Kemudian kerjakan dalam kurun waktu tertentu. Misalnya, niatkan saja dan komitmen selama 1 jam dengan penuh kesungguhan. Motivasi tidak pernah terlalu dibutuhkan. Saat kita sudah memulai, kondisi mental kita pun ikut berubah pada pekerjaan kita yang tengah coba kita selesaikan.
3. Kurang Fokus
Masa kini, fokus dalam jangka waktu lama sungguh sulit. Carl Newport bilang seperti sebuah kelangkaan. Terlalu banyak suara getar dan notifikasi muncul. Ini mungkin saja berpengaruh besar pada cara kita menghadapi rasa hening dan bosan.
Newport mengatakan saat kita tengah melakukan satu tugas lalu mendapat intrupsi secara mendadak, otak kita merespon intrupsi itu, dan pada akhirnya saat perhatian kita dikembalikan ke tugas awal, terdapat residu atensi dari intrupsi-intrupsi tadi. Dibutuhkan setidaknya 15-20 menit untuk mengkondisikan kembali agar benar-benar fokus dan terhindar dari residu atensi ini.
Solusinya: Latih diri kita untuk fokus sesering mungkin. Mungkin pada awalnya 5 menit, 10 menit, 20 menit, lama kelamaan, kita akan bisa mencapai deep work, atau kondisi puncak mengerjakan suatu tugas. Dengan mendedikasin waktu tertentu, kita akan merasa puas bagaimanapun hasilnya.