Lihat ke Halaman Asli

Muhsin Nuralim

Student at UIN Sunan Kalijaga in Religious Studies | English Tutor | Bibliophile

"Hidup adalah Sebuah Perjalanan" Katanya, tapi ke Mana?

Diperbarui: 18 Maret 2021   11:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Orang menyusuru jalan di Tokyo oleh otsukarekun 'path' | sumber: flickr.com

Kalian pernah dengar kan slogan life is a journey, (Hidup itu adalah sebuah perjalanan)? Tapi jika memang hidup ini adalah sebuah perjalanan, sebetulnya kita sedang jalan ke mana?

Apakah setiap langkah yang kita pijak dan waktu yang mengalir hanya sebatas penghantar menuju gerbang kematian? Atau, yasudahlah asal kita bisa hidup bahagia, tenang dan puas di jalan hidup masing-masing?

Terlepas pemaknaan 'perjalan hidup' itu, tentu saban insan memaknainya sesuai kehendak. Pemaknaan hidup yang berbeda ini menjadikan tingkah laku seseorang beragam, salah satunya. Belakangan, makna perjalan hidup ini akhirnya saya temukan lewat kaca mata tasawuf.

Secara definitif, tasawuf memiliki banyak makna seperti suf (barisan), suf (kain wol), hingga ke bahasa Yunani sophos (hikmat). Tidak jelas siapa tokoh yang memberikan nama tasawuf ini sebetulnya. Nama itu (tasawuf) disematkan oleh orang-orang kepada mereka yang hidup sederhana, zuhud, dan terus berusaha membersihkan jalan spiritual mereka untuk sampai pada pengetahuan tentang Tuhan.

Kenapa perjalanan hidup ini rasanya lebih pas dipandang dari sudut pandang tasawuf?

Saat saya berusia sekitar tujuh tahun, sendirian berkaca di depan cermin, tiba-tiba pikiran ini jauh melayang mempertanyakan semesta, langit, bumi, diri sendiri, dan Tuhan. Pada finalnya saya bertanya pada diri "Kenapa harus ada kehidupan di dunia ini?"

Pertanyaan itu lama terkubur dalam pikiran bawah sadar, secara saya sendiri pun merasa takut terhadap pertanyaan yang diajukan itu. Tapi, pada suatu diskusi jawaban tak disangka muncul.

 "Karena Tuhan ingin dikenal, Dia menciptakan kehidupan dan Dia cinta kepada mahluk yang mau mengenal-Nya"

Jleb!!! Seperti ada guncangan; misteri itu akhirnya pecah! Pertanyaan kecil yang hampir membusuk itu perlahan terurai menjadi rangkaian mozaik yang mulai masuk akal. Benang kusut yang mulai tunduk untuk dirapihkan. Alhamdulillah...

Kita coba bayangkan secara sederhana saja, misalkan hanya ada dirimu di dunia ini, sendirian! Siapa yang akan memanggilmu 'Ujang' atau 'Eti' atau 'John' atau 'Joko'? Nama biasanya memang diberi oleh orang lain; anak oleh orangtua, julukan oleh teman dekat. Dan, memang sudah tugas manusia untuk memberikan 'label' tertentu pada setiap hal agar mampu dipahami oleh akalnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline