Lihat ke Halaman Asli

Takbir: Tabrakan di Udara Malam Lebaran

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Lebaran identik takbiran. Masjid dan surau online 24 jam berlomba mengumandangkannya hingga kadang saking padatnya lalu lintas gelombang yang memuatnya, suaranya tak terdengar karena tabrakan di angkasa.

Zikir yang sgt populer dan sering dimanipulasi adalah kata takbir "Allahu akbar". Banyakyang mengartikannya dengan "Allah mahabesar". Padahal "mahabesar" dlm list Asmaul Husna telah diwakili oleh "Alkabir".

“Akbar” mengikuti format baku gramatika Arab yang bermakna superlatif sehingga bisa diterjemahkan "paling besar" dan "lebih besar". Allahu akbar menjadi password untuk memasuki ruang kedap dosa dan steril dari semua hal yang duniawi. Ia juga menjadi kata yang menegaskan kekerdilan makhluk-makhluk semi ada supaya tidak lupa diri dan menganggap dirinya besar.

Takbir seperti zikir lainnya telah menjadi korban manipulasi, interpolasi, seremisasi dan dangdutisisasi. Takbir bisa terdengar bukan saat kegembiraan silaturahmi tapi ia bisa menjadi kata pembuka mutilasi, penggorokan, pemancungan, pembunuhan, penyeretan dan segala aksi kesadisan yang dilakukan oleh orang-orang yang menganggapnya sebagai ibadah dan amar makruf, nahi munkar serta jihad.

Takbir dulu biasanya dikumandangkan dari masjid. Kini sangat mungkin diteriakkan sambil membakar masjid. Takbir juga sering terdengar di ruang sidang pengadilan saat orang yang nyata2nya melakukan korupsi divonis bebas atau saat orang yang tidak terbukti melakukan tindakan kriminal divonis penjara dengan tuduhan menodai agama.

Tulisan lainnya

Pikadaluarasa




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline