Lihat ke Halaman Asli

Mohammad Rafi Azzamy

Seorang Pelajar

Menjawab Kontradiksi Mahabesar Tuhan

Diperbarui: 7 Maret 2021   02:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Khazanah Al-Qur'an

 

Tuhan selalu menjadi topik yang amat sangat menarik perbincangan, perdebatan mengenai eksistensinya juga selalu seru, wujudnya tak pernah kita lihat, tapi kita bisa percaya akan keberadaannya, terlepas hal tersebut bias dogma atau investigasi intuitif. 

Paradoks Tuhan

Namun, pernahkah kita melihat topik paradoksal di dalam pembahasan mengenai ketuhanan? Yang mana hipotesis paradoks tersebut muncul karena sifat abstrak yang ada pada makna Tuhan, contoh paradoksnya :

"Jikalau Tuhan maha pengampun, kenapa harus ada hari pembalasan?"

Atau bisa juga argumen Averos yang terkenal ini :

"Jikalau Tuhan mahakuasa dan mahabesar, mampukah Tuhan menciptakan sesuatu yang lebih besar darinya, sehingga ia tak kuasa mengangkatnya?"

Dan masih banyak paradoks yang lainnya, kedua paradoks Tuhan di atas, telah terjawab (walau masih absurd) dan ditemukan anti-tesisnya. Misalnya, paradoks pertama mengenai sifat mahapengampun Tuhan dan keberadaan hari pembalasan, hal tersebut bisa dijawab dengan hipotesis 'Hari pembalasan adalah bentuk pengampunan Tuhan', atau bisa dengan anologi bahwa manusia ibarat murid yang diuji oleh gurunya, perihal lulus tidaknya, tiap individu memiliki kehendaknya.

 Lalu paradoks yang kedua, mengenai sifat mahakuasa dan mahabesar Tuhan dan apakah Tuhan dapat menciptakan yang lebih besar dan kuasa darinya. Paradoks ini dapat dijawab dengan bantahan bahwa paradoks tersebut bersifat kontradiktif, karena Tuhan dalam kalimat tersebut diakui sebagai sosok yang mahakuasa dan mahabesar, sesuatu yang mahabesar dan mahakuasa sendiri sudahlah menjadi keunggulan absolut dan tak ada yang menyainginya. 

Tapi paradoks tersebut justru menempelkan kalimat tanya yang berlawanan dengan kalimat awalnya, karena paradoks itu menaruh Tuhan sebagai sosok yang mahakuasa dan mahabesar, otomatis pertanyaan tersebut hanya dapat diajukan ketika kalimat mahakuasa dan maha besar dihilangkan.

Tapi ada sebuah paradoks yang saya temukan ketika ada kajian filsafat mengenai keberadaan Tuhan bersama salah satu komunitas filsafat di Indonesia, ketika mendengar paradoksnya membuat saya langsung berdebar tuk menemukan jawabannya dan menyimpannya di kepala saya, paradoks tersebut bernama 'Kontradiksi Mahabesar'.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline