Lihat ke Halaman Asli

muh nurfalah

Mahasiswa, universitas negeri Makassar

History Bumi Siliwangi Sebagai segmen dari Poskolonialisme di Kota Kembang (Bandung)

Diperbarui: 8 September 2022   15:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para Peserta Pertukaran Mahasiswa Merdeka 2 (PMM) di Universitas Pendidikan Indonesia pada perkuliahan modul Nusantara yang pertama dengan tema kebhinekaan (keberagaman), adapun kegiatannya yaitu Mendatangi beberapa tempat yang bersejarah pada masa Pejajahan di sekitaran area kampus, di antara lain yaitu: Museum Pendidikan Nasional, Taman Partere, Taman Bareti dan Rumah persingahan sementara  Rektor (3/9/22).

Kegiatan ini dituntun oleh  dosen pengampu mata kuliah modul Nusantara beserta mentor masing-masing kelompok. Adapun jumlah mahasiswanya sebanyak 92 orang yang terbagi dalam 5 kelompok, setiap kelompok dituntun oleh satu orang dosen dan mentor dan titik kumpulnya di depan Museum Pendidikan Nasional. 

Museum Pendidikan Nasional (MPN) terletak antara kota Bandung dan Lembang, tepatnya di dalam kampus pusat Universitas Pendidikan Indoneisa (UPI) Jl. Dr. Setiabudhi. Di tempat ini, pengunjung dapat menyaksikan peninggalan para pejuang Bandung Utara dan menyaksikan peninggalan masa lalu tentang pendidikan.

Kawasan ini diberi nama Ledeng, bandung Utara. Masyarakat Bandung pasti tidak asing dengan nama Terminal Ledeng yang menghubungkan akses Bandung wilayah Barat seperti Cihideung, Sersan Bajuri, Parongpong dan Lembang. Sebelum kawasan ini dinamakan Ledeng, dahulunya bernama Cibadak, Tjibadak. Nama Cibadak berarti Cai Badag yang artinya air berlimpah. 

Namun karena susah dilafalkan oleh orang Sunda dilafalkan menjadi badak. Karena di kawasan ini airnya sangat berlimpah, maka dialirkan melalui pipa besar untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat sekitar. Saluran air inilah awal munculnya nama Ledeng yang diambil dari bahasa Belanda yaitu, Leiding yang berarti saluran. 

Pada tahun 1920-1923, mata air ini dipelihara dengan dibuatkan benteng pelindung sumber mata air, setelah itu diresmikan oleh Bertus Coops, Walikota Bandung pada tahun itu. Kemudian nama Jl. Sersan Bajuri diambil dari nama pahlawan yang ikut terlibat dalam dalam perlawanan terhadap tentara sekutu di bandung Utara pada masa revolusi fisik tahun 1945-1948.

Setelah itu peserta PMM 2, berjalan menuju Isola, dahulunya ini adalah Villa milik orang Belanda yang bernama Dominique Willem Berretty yang dibangun pada tahun 1933 kemudian dijual untuk menjadi bagian dari hotel Savoy Homann. Dominique Willem Berretty adalah sang raja Koran pemilik Algemeen Nieuws-en Telegraf Agentschap (ANETA). 

Ia lahir di Yogyakarta tahun 1980. Namun sayangnya Baretty hanya menikmati Villanya sekitar satu tahun, setelah itu ia tewas dalam perjalanan pulang dari Amsterdam ke Batavia, pesawat yang ditumpanginya mengalami kecelakaan. Sepeninggal Baretty, Isola ini sempat difjadikan Hotel yang bernama Hotel savoy Homann dan pada akhirnya direbut oleh jepang pada tahun 1942. 

Seiring berjalannya waktu, Villa ini selanjutnya, dijadikan gedung kantor Rektorat UPI, dahulunya bernama IKIP. Pada masa Jepang, gedung ini pernah digunakan untuk kediaman sementara Jendral Hitoshi Imamura menjelang perjanjian Kalijati saat pemerintahan terakhir Hindia Belanda 1942, dibangun atas rancangan arsitek Belanda Prof. Charles Prosper Wolff Schoemaker. 

Partere ialah nama taman belakang Isola dan Bareti merupakan taman depan, dari Bareti kita bisa melihat kota Bandung, sementara dari bagian Partere kita menikmati suasana yang menenangkan. Menurut sumber yang saya baca, di dinding Isola bagian dalam ada tulisan "M'isolo E Vivo" yang artinya "aku sendiri, aku bertahan". 

Berdasarkan pemikiran saya, nama Isola diambil dari kata Isolo yang artinya tempat menyendiri. Maksudnya, pada zaman dahulu Isola ini dijadikan untuk tempat meneyendiri oleh Baretty. Kemudian pada akhirnya Isola ini dialihfungsikan atau dipergunakan menjadi gedung Rektorat Universitas Pendidikan Indonesia. Tulisan "M'isolo E Vivo" diganti menjadi tulisan "Bumi Siliwangi".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline