Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Nasruddin

I am Indonesian

Sering Terjadi Mis-Komunikasi dalam Organisasi? Simak Penjelasan Berikut Ini

Diperbarui: 2 Agustus 2020   21:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Organisasi ibarat sebuah negara dengan masyarakat yang  beraneka ragam budaya. Sumber :qureta.com

Komunikasi memegang peranan penting dalam kehidupan, tak terkecuali pada suatu organisasi. Komunikasi merupakan ruh yang menjadi ujung tombak eksistensi dalam organisasi. 

Baik pengurus maupun anggota organisasi harus bisa saling memahami dan saling mempercayai supaya tercipta sebuah harmoni.  Tentu hal ini komunikasi telah menjadi bagian integral organisasi yang tidak dapat dipisahkan. 

Seorang pengurus organisasi harus dapat mengomunikasikan kegiatan apa yang perlu dilaksanakan dengan penyampaian yang baik supaya dapat dipahami oleh anggota. 

Begitu juga ketika melaksanakan program kerja, antar anggota  organisasi diharapkan dapat berkomunikasi dengan efektif  supaya tercipta kerja sama yang baik pula. Dengan kata lain, eksistensi suatu organisasi ditentukan oleh bagaimana pola komunikasi yang terjadi di dalamnya.

Namun, ungkapan tiada laut yang tak berombak adalah sebuah keniscayaan. Setiap organisasi tentu bersifat terbuka terhadap calon anggotanya. 

Organisasi merupakan sebuah wadah yang digunakan untuk mencapai tujuan bersama. Sehingga hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa anggota organisasi berasal dari latar budaya yang berbeda-beda. 

Perbedaan ini dapat menjadi faktor penghambat terjadinya proses komunikasi dalam suatu organisasi. Misalnya komunikasi yang terjadi antar anggota yang berasal dari Surabaya dengan anggota yang berasal dari Surakarta atau antara orang Batak dengan orang Sunda dapat memicu terciptanya bias komunikasi. 

Perbedaan budaya komunikasi sering kali menimbulkan kesalahpahaman karena kurangnya pemahaman terhadap latar belakang lawan bicaranya. Oleh karena itu, orientasi yang berkelanjutan terhadap sesama anggota organisasi merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan.

Hambatan komunikasi dalam organisasi karena faktor kebudayaan dapat diminimalisir dengan melakukan pendekatan sosiokultural melalui kajian teori kode berbicara (speech code theory). 

Teori yang dicetuskan oleh Gerry Philipsen menyatakan bahwa setiap etnis di dunia memiki variasi komunikasi yang beragam. Menurut Philipsen, studi untuk mengetahui cara seseorang berkomunikasi dengan orang lain meskipun mereka memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda dapat dipelajari dalam ilmu etnografi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline