Lihat ke Halaman Asli

Unggah-ungguh Basa Menjadi Solusi Pembentukan Karakter Peserta Didik

Diperbarui: 10 Desember 2022   09:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Penguatan Moral dan Karakter Siswa Melalui unggah-ungguh Basa Jawa"

Era digitalisasi memberikan kenyamanan dalam melakukan kegiatan. Disisi lain dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat seperti ini berdampak pada kegiatan sosial. Hal yang paling mendasar adalah tingkat komunikasi secara langsung yang seharusnya bisa dilakukan dengan unggah-ungguh dalam budaya Jawa.

Dalam beberapa tahun terakhir ketika pamdemi Covid-19 melanda dunia menyebabkan moral dan karakter peserta didik menurun dikarenakan proses pembelajaran daring (dalam jaringan). Dalam pembelajran daring memiliki kekurangan, peserta didik tidak bisa secara langsung aktif dalam kegiatan sosial mereka hanya bisa melihat didepan layar monitor.

Penurunan moral dan karakter siswa dapat dibuktikan melalui tutur kata siswa yang belum bisa menggunakan unggah-ungguh yang tepat. Mereka masih terbawa dalam dunia maya atau tutur kata yang biasa digunakan dalam game online. Permainan game online juga berdampat negatif kepada peserta didik.

Melalui pendidikan bahasa Jawa bisa menjadi alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dalam kurikulum pembelajaran bahasa Jawa dituntut untuk mengajarkan peserta didik mengetahui akan kayanya budaya Jawa. Nenek moyang kita banya meninggalkan nasihat-nasihat melalui tembang macapat, unggah-ungguh basa mulai dari sekolah dasar sampai dengan tingkat sekolah menengah atas diajarkan dan diberikan tauladan melalui guru-guru Basa Jawa.

Unggah-ungguh basa Jawa bisa menjawab dari penurunan moral serta karakter peserta didik. Basa krama yang selalu didengungkan oleh Bapak Ibu guru di sekolah merupakan upaya pengembalian karakter dan budaya peserta didik. Terbukti dengan keadaan proses pembelajaran secara luring peserta didik lebih berperan aktif untuk langsung mempraktikan unggah-ungguh basa dalam kegiatan proses pembelajaran.

Selama pandemi peserta didik berkomunikasi dengan Bapak / Ibu guru melalui pesan singkat yang menyebabkan peserta didik kurang aktif dalam menggunakan ungguh-ungguh. Pembelajaran luring sudah berjalan kurang lebih 1 tahun sudah menunjukan kemajuan kepada peserta didik ketika mengumpulkan tugas keruang Guru. Dengan membungkukkan badan ketika berjalan melewati Bapak / Ibu guru merupakan salah satu progres baik melaui pembelajaran ungga-ungguh basa Jawa

Foto siswa membungkuk didepan guru

Berkomunikasi dengan Bapak / Ibu guru menggunakan intonasi yang sudah diajarkan Guru basa Jawa. Sudah banyak diterapkan oleh peserta didik karena mereka sering melihat tauladan seacara langsung yaitu Bapak Ibu guru ketika saling berkomunikasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline