Pamekasan menjadi salah satu tempat dimana penulis sendiri sering meneliti tentang pamekasan yang nota benenya sebagai kota GERBANG SALAM, sebuah kota yang menerapkan nilai-nilai Islam dari hal yang terkecil sampai dalam hal kebijakan pemerintah.
Namun Akhir-akhir ini Pamekasan menjadi salah satu kota yang ramai di perbincangkan dan terkadang juga di gosipkan baik di kalangan masyarakat maupun di dunia maya dengan topik terbarunya mengenai kota Cinema mall yang baru-baru ini ada kabar telah resmi akan di buka. Berbagai media dan masyarakatpun ramai memperbincangkan hal itu termasuk penulis sendiri merasa terundang untuk membahas topik tersebut.
hadirnya Cinema Mall di Pamekasan tentu membuat suasana Pamekasan semakin Ramai kerena adanya penolakan di kalangan masyarakat karena di khawatirkan akan menjadi tempat maksiat sebagaimana kekhwatiran masyarakat terhadap pembangunan wisata-wisata yang sebelumnya banyak di tolak oleh masyarakat dengan alasan yang sama dan mungkin di klaim telah gagal sebagai kota gerbang salam.
Gerakan demi gerakan dilakukan oleh masyarakat baik audiensi dan bahkan mungkin akan melakukan aksi demontrasi kepada pemerintah. Bagi penulis Hal itu sah-sah saja karena itu upaya masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah.
Dalam menyikapi hal itu, ada beberapa aspek yang menjadi sorotan penulis untuk menjadi bahan pertimbangan baik oleh pemerintah maupun masyarakat.
Yang pertama, Sebagai seorang muslim, Adanya kemaksiatan tentu menjadi kehawatiran bersama bukan hanya di Pamekasan melainkan dari Sabang sampai Merauke, hanya saja pencegahan memang harus di lakukan baik di mulai dari diri pribadi seorang insan dan bahkan melalui pelajara-pelajaran agama serta melalui kebjikan pemerintah.
Sebagai mana penulis menyadari bahwa Cinema Mall memang bukan tradisi yang berasal dari Islam namun berasal dari luar Islam akan tetapi masyarakat islampun bisa menikmati itu termasuk menyaksikan bisokop-bioskop. adanya bioskop yang notabenenya adalah penayangan sebuah film dari sutradara terntentu sebagai upaya penyampaian nilai positif yang harus di adopsi dan nilai negatif yang harus di hindari.
apabila ada ke khawatiran akan timbul kemaksiatan karena suasana gelap maka bisa saja pemerintah, masyarakat dan pengusaha bermusyawarah untuk di berikan lampu penerang atau ada pemisahan tempat duduk antara laki laki dan perempuan atau bahkan ruangannya bisa di ruangan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan.
Serta dalam penayangan juga bisa di musyawarahkan. Layaknya strategi wali songo dalam penyebaran Islam yang menyatu dengan budaya Nusantara, dimana ada nilai-nilai Islam yang ingin disampaikan oleh seorang wali dalam menayangkan wayang, kita memang tidak bisa menolak perkembangan teknologi namun teknologi itu kita gunakan sebagai media penyampaian nilai-nilai islam.
tayangkan sinema-sinema yang berbau dakwah Islam, yang berbau pesantren dan yang berbau kebangsaan dan cinta tanah air. Nah disitulah maksud penulis bahwa Cinema Mall juga bisa menjadi tempat kita mengaji agama dan mengaji kebangsaan.
Yang kedua, pembangunan ekonomi di Pamekasan memang sedikit lambat karena adanya pro-kontrak di kalangan masyarakat mengenai pembangunan pariwisata di Pamekasan sehingga hal itu mempengaruhi para investor enggan untuk melakukan investasi di Pamekasan.