PENATAAN ASET PUBLIK MENYAMBUT ERA KEMAJUAN
Mendengar dan merasakan istilah kota, sebagian dari kita merasa senang namun tidak sedikit justru merasa risih. Kesenangan akan kota dikarenakan memiliki infrastruktur yang lebih komplit dibandingkan daerah desa, namun dibalik itu terdapat banyak faktor yang menjadikan kota dibenci oleh sebagian orang. Kebisingan, polusi, kemacetan, kejahatan, dan penataan kota yang tidak terorganisasi menjadi bagian negatif kota sehingga “kota” layak dibenci.
Di abad ke-21 bagaikan era perlombaan bagi kota-kota di dunia. Indonesia sebagai negara berkembang yang tergabung dalam G-20, tidak mau kalah dalam urusan pembangunan infrastruktur dengan negara lain terutama negara berkembang di wilayah asia tenggara. Pembangunan gedung-gedung bertingkat di Indonesia semakin berkembang, bahkan yang patut menjadi perhatian adalah banyak kota di Indonesia yang memperhatikan lingkungan kota menjadi lebih multifungsi. Berbagai pemikiran para pendesain perkotaan haruslah berfikir matang dalam pembangunan tingkat lanjut kota masing-masing. Mengapdosi kesegaran daerah desa untuk diimplementasikan di lingkup yang lebih sempit menjadi tantangan sendiri bagi pemerintah kota/kabupaten dan penduduknya. Penanaman pohon agar kota lebih rindang, penambahan tanaman dan bunga agar kota terlihat indah dan terasa sejuk, serta penambahan inovasi yang dilakukan di setiap kota merupakan ide yang sangat cemerlang.
Inovasi yang dilakukan kota untuk menjadikan wilayahnya menarik hingga mendapat perhatian publik sangatlah beragam. Di kota kelahiran saya, Kediri memiliki beragam cara agar kota “tahu” mendapatkan perhatian publik. Pembangunan Simpang Lima Gumul menjadi pertanda maskot baru dalam perkembangan Kediri. L’arc de Triomphe merupakan bangunan yang dipilih sebagai insprirator pembangunan publik Kediri, memanfaat ruang yang luas serta pengoptimalan jalan agar layak seperti avenue des champs elysees. Tempat berkumpul, berwisata, dan menyelenggarakan acara/festival kota, merupakan pemanfaatan ruang publik yang sekaligus maskot kota “Gethok Pisang”. Suasana yang indah serta nyaman terutama akan anda rasakan ketika senja mulai datang.
Acara promosi yang dilakukan di Kediri, hingga perayaan umum dilaksanakan di maskot Kediri. Mengoptimalkan keleluasaan tempat serta kestrategisan sebagai tempat tujuan wisata keluarga menjadi pilihan tersendiri bagi penyelenggara dalam pemilihan Simpang Lima Gumul sebagai tempat perhelatan akbar kota/kabupaten.
Tak kalah penting, pembangunan taman merupakan salah satu sudut menarik yang kini ditawarkan oleh setiap kota. Taman merupakan tempat yang penting, mengingat lingkungan kota yang kekurangan “Penghijauan Lingkungan”. Taman baru yang berdiri di Pare, Kediri merupakan efek kesegaran baru yang ditawarkan daerah. Sebagai tempat berkumpul taman Kilisuci Pare, menawarkan kesamaan dengan taman pada umumnya.
Namun taman Kilisuci Pare, dekat dengan pemakaman. Bagi sebagian orang memang terasa aneh, mengapa taman harus berdekatan dengan pemakaman dan tidak mendirikan taman di tempat lain saja?. Namun bagi pihak lain mungkin itu justru menjadi daya tarik sendiri. Karena keinginan dan ketertarikan masyarakat sekarang sulit ditebak.
Kecerdasan hingga kelincahan dalam pengelolaan lingkup kota merupakan tantangan tersendiri dalam pembangunan. Sektor Ekonomi, Sosial, dan Budaya merupakan perhatian publik serta penarik masyarakat dalam menilai dan merasakan kenyamanan suatu kota. Salah satu yang diperhatikan pada era baru ini adalah optimalisasi pemanfaatan fasilitas umum (ruang publik). Semakin baik kemampuan memanfaatkan ruang publik, maka semakin besar peluang kota yang bersangkutan untuk memperoleh penilaian rentang baik-sangat baik dalam masyarakat luas. Berbagai inovasi di masa mendatang akan ditunggu oleh masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan. Bangun Kota ku- hidupkan fasilitas publik ku!!!.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H