Lihat ke Halaman Asli

Pemuda Masa Transisi Kepemimpinan 2014

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14144790641177751939

Pekan lalu (20/10) kita memiliki pemimpin baru, Presiden RI ketujuh Joko Widodo, resmi menjabat sebagai kepala Negara. Ceremonial, perayaan hingga syukuran pun dilakukan untuk menyambut pemimpin baru ini. Perayaan yang menjadi selebrasi pendukung Jokowi ini juga diharapkan sebagai sarana penerimaan pendukung rivalnya di pilpres lalu. Namun, perkembangan di media sosial sebagai gambaran ekspresi masyarakat nampaknya belum menunjukan respon yang positif khususnya di kalangan pemuda yang aktif menggunakan media social dan berpikir kritis. Saling serang-ejek masih saja terjadi diantara kedua pendukung KIH dan KMP walaupun tidak lagi se’galak’ saat pilpres lalu. Polarisasi pilpres nampaknya belum usai meski dikalangan elit sudah menunjukan sikap saling menghormati.

Sebagai pemuda yang akan melanjutkan kepemimpinan bangsa di masa depan, apakah kita harus larut dalam kompetisi elit politik sampai mengorbankan rasa persatuan kita? Apakah kita harus terburu-buru mengapresiasi ataupun mengkritik para pemimpin baru kita? Bagaimana seharusnya pemuda menempatkan diri dalam tatanan kepemimpinan saat ini?

Sebagai pemuda seharusnya kita menjadi pelopor dalam menjaga persatuan bangsa. Tidak sepatutnya kita bersilisih hingga membeda-bedakan golongan apalagi hanya sekedar untuk menguatkan opini yang berpihak kepada golongannya sendiri. Bukan berarti kita harus berdiam diri dan memasung kritikan serta apresiasi kita. Tapi perlu cara yang lebih elegan untuk menyampaikan hal tersebut. Pemuda seharusnya bersatu untuk mengawal jalannya pemerintahan di masa yang penuh tantangan ini. Yang dibutuhkan saat ini bukan perselisihan untuk memenangkan opini ditengah masyarakat, tetapi bagaimana kita berupaya agar pemerintahan berjalan baik ditengah dua kekuatan politik saat ini. Bagaimana kita berupaya agar kebijakan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah adalah untuk kesejahteraan rakyat, bukan untuk kepentingan masing-masing kubu.

Memang, polarisasi di kalangan pemuda akan tidak terelakkan. Tetapi itu dapat menjadi kekuatan tersendiri jika kedua pihak mendapat titik temu dalam mengawal pemerintahan kini. Kedua pihak dapat bersatu untuk mengawasi kinerja konstituen yang didukungnya. Pihak yang mendukung pemerintah, dalam hal ini Jokowi beserta Koalisi Indonesia Hebat, dapat mengontrol kebijakan pemerintah yang telah digembar-gemborkan sejak masa kampenye, juga mengontrol kinerja Oposisi agar tak serta merta melawan kebijakan pemerintah. Pihak yang mendukung Oposisi, dalam hal ini Koalisi Merah Putih, dapat mengontrol kebijakan pemerintah agar dapat mensejahterakan rakyat dan tidak mementingkan golongan tertentu. Selain itu keduanya dapat bertemu untuk mendiskusikan pandangan satu sama lain, memberikan penjelasan agar tanggapan yang diberikan tidak serta merta di keluarkan.

Sehingga, meskipun kita mempunyai pandangan yang berbeda tetapi kita harus menyatukan tujuan dan fungsi kita sebagai pemuda, menemukan titik temu dan saling terbuka agar pemerintahan dapat terkontrol dengan baik tanpa adanya perpecahan dikalangan pemuda. (MIM)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline