Lihat ke Halaman Asli

Muhimmaturrohmah Laili

Trenggalek 28 November 2000

Jalan Kecil di Gaza

Diperbarui: 9 November 2023   22:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di suatu kamp pengungsian di Jalur Gaza, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Ahmed. Ahad pagi yang cerah, saat sinar matahari merayap di balik reruntuhan rumah-rumah yang hancur akibat konflik, Ahmed bangun dengan semangat. Meskipun hidupnya penuh dengan penderitaan dan kesulitan, dia tetap menjaga optimisme dan harapannya yang terus berkobar di dalam hatinya.

Ahmed tumbuh dalam bayang-bayang tragedi yang melingkupi tanah airnya. Dia sering mendengar cerita tentang zaman berkecamuknya perang di Palestina dan kehancuran yang dibawa olehnya. Orang tuanya telah kehilangan segalanya, kecuali kehormatan dan keberanian mereka. Meski begitu, mereka berusaha menjaga semangat hidup cepat di tengah situasi yang tak menentu.

Suatu hari, ketika Ahmed sedang menjelajahi reruntuhan di sekitar kamp, dia menemukan jalan kecil yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Jalan itu dikelilingi oleh puing-puing dan debu yang tak terhitung jumlahnya. Namun, ada sesuatu yang berbeda dengan jalan itu. Di tepiannya, bunga kecil mulai tumbuh. Mereka melambai dengan anggun dan terlihat seolah-olah mereka ingin menghadiahkan keindahan dunia yang penuh dengan kegelapan kepada penduduk Gaza.

Ahmed merasa kagum dan terobsesi dengan keberadaan jalan kecil itu. Setiap hari, dia mengunjunginya dan mengamati perkembangan bunga-bunga tersebut. Dia memberi mereka air yang sisa-sisa yang dimilikinya dan memberikan mereka cahaya matahari lewat pesan-pesannya yang berisi harapan dan doa.

Lama kelamaan, kata-kata cinta dan harapan yang ditanamkan oleh Ahmed dalam diri bunga-bunga itu mulai berdampak pada penduduk kamp pengungsian. Mereka memperhatikan keindahan bunga-bunga itu dan mulai menanam ide-ide baru di dalam hati mereka. Ide-ide untuk bersatu melawan kesulitan. Ide-ide untuk membangun kembali rumah-rumah yang hancur dan membangun masa depan yang lebih cerah.

Berita tentang bunga-bunga Ahmed menyebar ke kamp-kamp pengungsian lainnya. Semakin banyak anak-anak dan orang dewasa yang tertarik dengan ide Ahmed. Mereka mendorong satu sama lain untuk tidak menyerah dalam menjalani hidup di tengah ketidakpastian dan kesulitan.

Tanggal 15 Mei, dalam peringatan hari nakba, ketika kesedihan dan ketakutan melayang di udara, para pengungsi dari berbagai wilayah Gaza berkumpul di sekitar jalan kecil itu. Tidak ada yang tahu siapa yang pertama kali memulai, namun seluruh mereka mulai bergerak dengan tangan di tangan. Mereka membentuk gerakan solidaritas dan kekuatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Bertahun-tahun kemudian, ketika sejarah berbicara tentang tragedi yang melanda Palestina, mereka akan mengingat jalan kecil itu. Sebuah jalan yang menjawab penderitaan dengan kekuatan cinta dan harapan. Meskipun tragedi masih ada, cahaya kecil di Gaza tetap menyala, menerangi jalan menuju masa depan yang lebih baik.

Ahmed, sang bocah besar hati, akan terus membawa semangat dan keberanian di dalam dirinya. Dia akan terus menemukan jalan-jalan kecil yang membawa kesembuhan bagi Palestina dan melawan semua kegelapan yang mencoba menghancurkannya.

Akhirnya, dengan bantuan bunga-bunga kehidupan dan kekuatan cinta yang tiada henti, tanah Palestina akan bangkit kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline