Lihat ke Halaman Asli

Muhimmatul Ulya

Ibu guru, ibu 1 anak, dan penikmat puisi

Mengenal Diri Sendiri melalui Kemampuan Menulis Surat Pribadi

Diperbarui: 20 Maret 2023   13:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Materi menulis surat pribadi mungkin bukan hal yang asing lagi bagi Bapak/Ibu guru yang mengajar siswa kelas VII SMP. Materi ini menjadi salah satu kompetensi pokok yang harus dikuasai oleh siswa. Akan tetapi, seiring kemajuan teknologi, apakah materi ini masih relevan dengan perkembangan zaman?

Seperti yang kita ketahui, bahwa generasi anak didik kita saat ini sudah teramat asing dengan surat menyurat konvensional seperti perangko atau tempat pos. Mereka adalah generasi milenial yang sudah mengenal kecanggihan telpon pintar tanpa harus bersusah payah menulis surat dan mengirimkannya ke tukang pos. Dengan menggunakan teknologi, mereka dengan mudah mengirimkan pesan dan tidak butuh waktu lama untuk menerima atau membalasnya.

Akan tetapi, materi surat menyurat tetap harus diajarkan terutama surat dinas karena kepentingannya yang sangat esensial. Lalu bagaimana dengan esensi surat pribadi? Tidak jarang anak didik yang merasa sangat bosan dengan materi ini karena mereka adalah generasi yang praktis dan tidak bertele-tele dalam mengungkapkan perasaan di dalam pesan. Oleh karena itu, sebagai pendidik kita harus memiliki cara untuk menumbuhkan minat dan menggali bakat mereka.

Dalam mencapai upaya tersebut, saya menggunakan metode menulis surat pribadi untuk diri sendiri di masa depan. Dengan contoh sebagai berikut.

Demak, 15 Maret 2023

Untuk diriku di masa depan,

Di suatu tempat di mana impian dan harapan membentang..

Hai, bagaimana kabarmu, Ul?

Apa kau merasa bahagia dengan rutinitas yang kau jalani selama ini?

Apa kau masih mengingatku, dirimu yang dulu, yang saat ini masih berjuang untuk meraih cita-cita di masa mendatang. Kau tahu Ul, dalam hidup ini ada beberapa jalan yang harus kita lalui. Tak selamanya jalan itu mulus. Ada kalanya jalan itu bergelombang, bahkan berlubang sekaligus. Tapi itu semua tidak boleh menjadi alasanmu untuk berhenti meneruskan langkah.

Seperti halnya saat ini ketika kau harus mengayuh sepeda ontel sejauh 10KM untuk menuju sekolah. Di saat teman-teman yang lain justru asik naik sepeda motor atau bahkan diantar oleh orang tua mereka menggunakan mobil keluaran terbaru. Pun, ketika kau harus bangun di sepertiga malam, melambungkan doa-doa kepada Sang Pemilik Alam ketika temanmu yang lain masih asik menikmati buaian malam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline