Lihat ke Halaman Asli

Din Muhidin

Motivator

Puisi: Dibelenggu Sepi

Diperbarui: 7 Oktober 2021   09:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pohon, ibarat jiwa yang kosong . Sumber: Pixabay.com 

Puisi: Dibelenggu Sepi

Hari terus berganti, bulan - tahun kian menua
Dari mentari belum bangun dari mimpi indahnya sudah tinggalkan istana surga
Pulang ke peraduan ketika burung hantu tengah mencari makan

Sampai kapan dibelenggu sepi?
Sepi...sepi hati
Sepi...jiwa gersang
Sepi.. bodoh ilmu akhirat
Sepi...perhatian - berbagi sesama

Apa yang harus kupertanggung jawabkan pada Tuhan nanti
Tidak ada yang tahu kapan Tuhan akan memanggilku
Ku harus lepaskan belenggu sepi ini

Bekalku apa nanti tuk menghadapNYA
Puluhan tahun mengejar dunia
Keasyikkan - lupa diri hingga amnesia
Tahukah? Semuanya akan ku tinggalkan

Sepi... kini telah menjauh
Biarlah...Biarlah...Biarlah
Ku sudah puas
Cukup sudah menggenggam dunia
Giliran berburu akhirat
Sepi kini tak melanda lagi
Hidayah membuatku tersenyum

Din Muhidin
Tangerang, 5 September 2021

Baca Puisi Lainnya:
1.Puisi: Oh Duit
2. Puisi: Butuh Tuhan
3. Puisi: Dikejar Waktu
4. Puisi: Fobia Hujan
5. Puisi: Setop Korupsi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline