Lihat ke Halaman Asli

Din Muhidin

Motivator

Puisi: Butuh Tuhan

Diperbarui: 30 September 2021   09:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi tengah salat. Sumber: Pixabay.com

Puisi: Butuh Tuhan

Hidup gak jauh dari masalah. Gudang masalah. Tempat ujian. Berbagai cara makhluk berakal dalam menyelesaikan masalah. Ujungnya, dekati Tuhan. Gak ada cara lain.

Tuhan gak butuh kita. Kita yang butuh Tuhan. Sang Maha Pencipta - Al Khaliq - Sang Maha Memberi Kesejahteraan - As Salaam - Sang Maha Merajai - Al Malik - Sang Maha Mengatur - Al Muhaimin.

Raja. Presiden. Pejabat. Orang-orang super kaya. Adalah makhluk lemah. Bukan tempat meminta. Mereka pun sama galau. Takut miskin. Takut…takut…takut…Takut mati.

Tuhan. Tuhan. Tuhan. Dekati lah. Mintalah. Minta ampun. Minta rezeki. Minta sehat. Minta barakah. Mintalah Dunia - Akhirat. Dia Sang Maha pemberi Karunia - Al Wahhaab- Sang Maha Pemberi Rezeki - Ar Razzaaq. Jangan pernah lelah. Bosan.

Di tengah orang pada terlelap. Mimpi indah. Berselimut mimpi. Berselimut birahi. Berselimut maksiat. Ada tangan-tangan menengadah pada Tuhannya. Doa dipanjatkan. Minta apapun. Dekat dengan Tuhannya. Gak takut dengan hari esok. Yakin akan Tuhan.

Tak lama. Suara panggilan merdu terdengar di seluruh dunia. Allahu Akbar…hayya ‘alassalah - marilah salat….Assolatuhoiruminannaum - salat lebih baik daripada tidur. Sebelah rumah, terdengar menghidupkan kuda besinya. Tetangga rumah menyeret sendal tipisnya. Lelaki tua.

Berkumpullah manusia ingat Tuhan. Di rumah Tuhan. Mensyukuri nikmat Tuhan. khusuk. Muda - tua. Sehat - sakit. Kaya - miskin Putih - hitam. Bagus rupa - buruk rupa. Menengadahkan tangannya. Satu, hanya berharap pada Tuhannya.

Tangerang, Din Muhidin
30 September 2021




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline