Lihat ke Halaman Asli

Din Muhidin

Motivator

Child Free, di Indonesia "Tak Laku"

Diperbarui: 15 September 2021   05:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pasangan suami istri. Dok: Pixabay.com


Childfree, lagi menjadi perbincangan hangat masyarakat luas. childfree sendiri adalah keengganan untuk memiliki anak.Di media sosial, keputusan selebgram Gita Savitri dan sang suami untuk menjadi childfree menuai pro dan kontra.

Keputusan mereka untuk menjadi childfree, karena ogah memikul tanggung jawab besar.

Kalau di luar negeri, terlebih di negeri maju menjadi childfree hal yang lumrah saja. Tidak aneh. So, gais jangan ikut-ikutan ya. Harus pinter 'menyaring' dengan baik.

Lalu, bagaimana di Indonesia? Pandangan saya childfree tidak akan menjadi tren di Tanah Air. Ini karena mayoritas penduduk di Indonesia adalah memeluk agama Islam.

Hubungannya apa dengan agama? Sebagai orang beragama Muslim yang memiliki ilmu agama yang cukup pasti mengetahui bahwa anak adalah salah satu 'harta' yang berharga.

Kenapa demikian? Karena amal jariyah yang tidak pernah putus setelah meninggal dunia, salah satunya adalah doa anak yang sholeh.

Itu dari sisi agama. Sementara dari logika, pemikiran, bahwa tujuan menikah itu untuk memiliki anak. Tentu selain untuk memenuhi kebutuhan seksual yang halal.

Contoh saja, tetangga saya. Ada dua tetangga model begini. Dia berprofesi sebagai pebisnis. Datang jauh-jauh dari kampung beradu nasib di Jakarta dan hingga sukses mengembangkan bisnisnya.

Tidak tanggung-tanggung memiliki lima orang anak. Keputusan memiliki anak pasti beragam alasan. Mungkin saja, nanti ada yang meneruskan bisnisnya, agar rumah menjadi ramai, mampu menghidupi kebutuhan anak-anaknya, dan sebagainya.

Kalau di Indonesia, keputusan punya anak banyak karena bisa menghidupi dan membiayai sekolahnya dengan baik. Kalau itu kurang, maka keinginan banyak punya anak akan 'direm', sesuai arahan pemerintah program Keluarga Berencana (KB), cukup dua anak saja.

Hari gini lho, biaya kebutuhan hidup besar. Setiap tahun barang-barang kebutuhan naik, sementara gaji tetap segitu-segitu saja.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline