Dengan kondisi khitah perkaderan yang senantiasa mengalami keterbelakangan yang stagnan, meskipun upaya dalam merawat perkaderan terus menuju kedepan. Pasti semua proses yang sedang berjalan, akan mengalami yang namanya beragam kemunduran dalam keadaan tidak sadar. Kemunduran ini di dasarkan pada polarisasi dalam cara doktrin kita yang mengawang hanya pada permukaan, kurang masuk ke dalam. Patut di sadari bersama bahwa sampai hari ini terkhususnya HmI Cabang Kupang masih menggunakan cara-cara doktrin yang lama, sepanjang sejarah yang cendrung pada doktrin masa-masa yang telah silam, meskipun telah berlalu dan tidak di tinggalkan. Nah, untuk saat sekarang kita tidak seharusnya menggunakan doktrin dengan kultur-kultur masa yang telah berlalu, yang pernah kita dapatkan sebelumnya dan sesudahnya. Kita seharusnya menemukan bentuk-bentuk doktrin yang baru yang lebih menyentuh seseorang pada wilayah progresifitas.
Dalam HmI itu sendiri, kita tidak seharusnya menggunakan doktrin dengan mengatakan bahwa, semua yang berada pada urusan pemerintahan kenegaraan itu di penuhi oleh senioritas HmI. Contohnya, bahwa Ayahhanda Jusuf Kalla menjadi wakil presiden selama dua periode dan tentu para senioritas yang lainnya. Doktrin yang di gunakan oleh HmI sebagai cara perekrutan anggota bisa saja keliru, dan bahkan memberikan sesuatu yang tidak memiliki tata nilai yang baik terhadap HmI itu sendiri. Ini di karenakan dari prespektif yang lain, jabatan yang di amanahkan oleh orang-orang HmI tersebut akan di pandangi bahwa HmI itu sangat identik dengan kekuasaan, dan begitupun sebaliknya kekuasaan itu sendiri sangatlah identitik dengan orang-orang HmI itu sendiri. Dan 44 kemunduran yang kemudian lupa di telusuri oleh Ayahhanda Agus Sitompul dalam bukunya adalah berkaitan dengan HmI dalam pemerintahan kenegaraan. Dan mungkin saya secara pribadi menegaskan bahwa prinsip doktrin seperti ini merupakan kemunduran bagi HmI, bukan memberikan kemajuan bagi HmI.
Berkaitan dengan cara doktrin yang lain adalah, yang seringkali di ungkapkan dan bahkan terdengar sangat jelas dan begitu tegas dari pendengaran. Dan doktrin yang jelas dan tegas yang terdengar dari pendengaran itu adalah berkaitan dengan seleksi alam sebagai doktrin seleksi alam ini sebenarnya sudah berpuluhan tahun yang di kemukan oleh seorang tokoh yang bernama Darwin "survival of the fittest" tapi sebelum Darwin mengemukan tentang hal ini pandangan ini telah lebih dahulu di kemukan oleh tokoh yang bernama Spencer. Kalau doktrin dari pada seleksi alam ini, coba kita koherensikan dengan sistem kelas maka akan sangat berkonotasi. Konotasinya bahwa seleksi alam dalam sistem kelas berarti ada kelas proletariat dan juga borjuis, ada yang dijajah oleh para penjajah, ada yang di tindas oleh para penindas, bahkan ada yang di perlakukan secara subyektif dan objektif, dan ada juga yang lemah dan ada juga yang kuat.
Bahwa seleksi alam dalam HmI itu sendiri, seolah-olah telah menyediakan kita satu ring dimana semua orang berhak untuk bertanding, dan sekaligus bertanding secara ilmu pengetahuan. Yang cerdas akan di nobatkan sebagai pemenang, dan yang jahil adalah sebagai orang-orang yang kalah dan akan punah dalam HmI. Baik seleksi alam secara internal maupun seleksi alam secara eksternal. Untuk menghindari hal yang seperti demikian, seleksi alam kurang cocok untuk di gunakan sebagai tata cara doktrin dalam ber-HmI.
Ada doktrin yang lain mungkin disini saya anggap keliru terhadap isi teks, kemudian di koherensikan dalam konteks. Ketidakkoherensi itu adalah berkaitan dengan doktrin Intelektual Organik. Intelektual Organik itu sendiri di ambil dari gagasanya seorang tokoh yang bernama Antonio Gramsci dengan Intelektual Tradisional Tapi doktrin Intelektual Tradisional tidak kelihatan di gunakan sebagai doktrin dalam ber-HMI. Intelektual Tradisional yang di pahami oleh Antonio Gramsci adalah, berkaitan dengan seseorang yang kemudian bertindak sebagai antek dari pada kelompok penguasa. Sedangkan Intelektual Organik yang kemudian di pahami bagi Antanio Gramsci adalah, menunjuk pada para intelektual yang berfungsi sebagai artikulator dari ideologi dan hanya untuk kepentingan kelas. Jadi, untuk lebih sederhananya untuk mewujudkan sesuatu yang berorientasi pada tujuannya HmI, Intelektual Tradisional dan Intelektual Organik itu sendiri kurang cocok untuk menciptakan insan kamil atau insan yang paripurna.
Kupang, 4 September 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H