Lihat ke Halaman Asli

Muhibban

Freelance

Kedatangan 400 Orang Rohingya di Aceh, UNHCR dan Tantangan Human Trafficking

Diperbarui: 11 Desember 2023   22:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rohingya di aceh

Perahu-perahu bobrok membawa sekitar 400 etnis Rohingya tiba di Aceh pada Minggu (10/12), menambah lonjakan kedatangan minoritas Muslim Myanmar ke Tanah Air. Sejak November, UNHCR mencatat bahwa 1.200 orang Rohingya telah mendarat di Indonesia.

Miftah Cut Ade, Kepala Panglima Laut Aceh, menyatakan bahwa dua perahu mendarat di provinsi tersebut, masing-masing di Kabupaten Pidie dan Aceh Besar. Setiap perahu membawa sekitar 200 orang Rohingya. Aparat kepolisian setempat, Andi Susanto, mengonfirmasi sekitar 180 orang Rohingya mendarat di Pidie pada pukul 04.00 WIB, sementara petugas berkoordinasi untuk mengumpulkan data.

Presiden Joko Widodo mencurigai adanya perdagangan manusia di balik peningkatan kedatangan kapal-kapal tersebut dan berjanji untuk bekerja sama dengan organisasi internasional. Meskipun Indonesia bukan penandatangan Konvensi PBB tentang Pengungsi 1951, negara ini memiliki sejarah menerima pengungsi.

Tingginya jumlah pendatang baru-baru ini menimbulkan reaksi negatif di media sosial dan penolakan dari masyarakat Aceh. Selama bertahun-tahun, Rohingya meninggalkan Myanmar, dianggap sebagai penyelundup asing, ditolak kewarganegaraannya, dan menjadi sasaran pelecehan.

Dalam kondisi laut yang lebih tenang antara November dan April, anggota kelompok minoritas ini berangkat dengan perahu kayu menuju Thailand, Bangladesh, Malaysia, dan Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim. Presiden Joko Widodo berkomitmen untuk menangani masalah ini, tetapi tantangan human trafficking masih menjadi fokus perhatian.

Dengan kekhawatiran akan perdagangan manusia yang mungkin terlibat, Indonesia bersiap bekerja sama dengan organisasi internasional untuk mengatasi dampak kedatangan besar-besaran ini. Meskipun bukan penandatangan konvensi, negara ini terus menghadapi tantangan humaniter dan menunjukkan kepedulian terhadap nasib orang-orang Rohingya yang mencari perlindungan.

Dengan demikian, upaya bersama untuk menanggulangi perdagangan manusia dan memberikan bantuan kemanusiaan menjadi prioritas dalam menanggapi kompleksitas situasi pengungsi Rohingya di Aceh.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline