Program LANTIP (Literate, Agile, Nurturing, Trailblazing, Innovative, Problem-Solving) yang diadakan oleh Universitas Negeri Semarang (UNNES) menjadi pengalaman berharga bagi mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni, khususnya Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris. Melalui program ini, mahasiswa dapat mengasah kemampuan mengajar sekaligus memahami dinamika sekolah menengah secara langsung. Di SMA N 11 Semarang, empat mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang tergabung dalam program LANTIP ini, yaitu Ridha, Fara, Naufal, dan Abdi berhasil menjalankan peran mereka dengan baik sebagai guru bahasa Inggris, di bawah bimbingan dosen pendamping, Christianti Tri Hapsari, S.Pd., M.Pd.
Latar Belakang Program LANTIP
Program LANTIP adalah bagian dari kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang bertujuan untuk memberikan pengalaman lapangan langsung bagi mahasiswa. Program ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa S1 kependidikan untuk terjun Tujuan program ini adalah untuk membentuk guru yang tidak hanya mahir dalam teori, tetapi juga unggul dalam literasi, lincah dalam berpikir, penuh empati, inovatif, dan memiliki kemampuan pemecahan masalah. Keempat mahasiswa ini sangat antusias mengikuti program ini karena mereka tahu bahwa pengalaman ini akan membekali mereka dengan keterampilan praktis yang sulit diperoleh hanya melalui perkuliahan.
Tantangan dan Pembelajaran di Lapangan
Selama menjalani LANTIP di SMA N 11 Semarang, Ridha, Fara, Naufal, dan Abdi menemui berbagai tantangan, mulai dari merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan kebutuhan siswa, hingga menemukan cara kreatif agar materi Bahasa Inggris dapat diterima dengan baik. Salah satu kegiatan menarik yang mereka lakukan adalah mengajar materi tentang teks eksposisi analitis, di mana siswa diajak berdiskusi tentang dampak sosial media. Kegiatan ini tidak hanya menarik minat siswa, tetapi juga mendorong mereka berpikir kritis dan mengemukakan pendapat.
Dengan dukungan dan bimbingan dari Mrs. Christ, keempat mahasiswa mampu mengembangkan metode pembelajaran yang beragam, seperti menggunakan metode Jigsaw dan Think-Pair-Share. Melalui pendekatan ini, siswa tidak hanya menjadi pendengar pasif, tetapi aktif dalam diskusi kelompok dan menyampaikan ide mereka. Mrs. Christ terus mengarahkan mereka agar kegiatan belajar mengajar tetap efektif, dengan memberikan umpan balik yang konstruktif setiap minggu.
Pengalaman Berharga dari Program LANTIP
Bagi Ridha, Fara, Naufal, dan Abdi, mengikuti program LANTIP memberikan perspektif baru tentang profesi guru. Mereka tidak hanya mengasah keterampilan mengajar, tetapi juga belajar untuk memahami dan mendekati siswa dengan empati. Abdi, misalnya, merasakan kepuasan tersendiri ketika salah satu siswanya mampu memahami konsep yang awalnya sulit hanya dengan pendekatan belajar yang lebih personal. Sementara itu, Fara menyadari pentingnya persiapan matang sebelum mengajar dan fleksibilitas dalam menyesuaikan rencana sesuai dengan kebutuhan siswa.
Naufal danRidha juga berbagi pengalaman berharga ketika mereka harus menghadapi siswa yang kurang termotivasi dalam belajar Bahasa Inggris. Melalui pendekatan yang inspiratif dan menggugah minat, mereka mampu membuat siswa menjadi lebih tertarik. "Awalnya kami bingung bagaimana caranya menghidupkan suasana kelas, tetapi dengan beberapa metode yang diajarkan di kampus, seperti role-playing dan diskusi kelompok, siswa jadi lebih antusias," ujar Ridha.
Program LANTIP ini menjadi batu loncatan bagi mahasiswa UNNES, khususnya jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, dalam menyiapkan diri menjadi pendidik yang profesional. Dengan bimbingan Mrs. Christianti, keempat mahasiswa ini berhasil menjalani tantangan dan tumbuh menjadi calon guru yang kompeten. Harapan mereka ke depan adalah dapat membawa pengalaman ini ke ruang kelas mereka sendiri dan menginspirasi siswa untuk mencintai Bahasa Inggris.
Bagi mahasiswa UNNES yang tertarik menjadi guru, program LANTIP ini adalah kesempatan yang sangat bermanfaat untuk mendapatkan pengalaman langsung dan merasakan atmosfer pengajaran sesungguhnya. Ini adalah langkah awal menuju profesi mulia sebagai pendidik yang bisa mengubah masa depan anak-anak bangsa.