Kalau kita mengucapkan kata "seks" di ruang publik, pasti puluhan sampai ratusan mata langsung melirik dan berpikir kalau kita sedang mempromosikan hal-hal yang cabul. Lain soal kalau yang digunakan adalah kata "gender". Orang-orang cenderung lebih mewajarkannya. Pemahaman yang salah dari reproduksi pengetahuan yang buruk dan setengah-setengah mengenai seksualitas maupun gender manusia. Alhasil, banyak yang berpikir bahwa sah-sah saja menyakiti atau memisahkan orang-orang yang mengekspresikan seksualitas atau gendernya secara berbeda. Padahal seks tidak bisa dimaknai dengan perilaku seksual, dan gender tidak bisa disamakan dengan jenis kelamin atau bawaan biologis manusia. Baik seks maupun gender memiliki lapisan yang luar biasa.
Seksualitas secara garis besar, menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), seksualitas merupakan aspek hidup manusia yang mencakup seks, identitas dan peran gender, orientasi seksual, erotisme, kenikmatan, keintiman dan reproduksi. Seksualitas dialami dan diekspresikan dalam pikiran, fantasi, hasrat, kepercayaan, sikap, nilai, perilaku, kebiasaan, peran dan relasi. Meskipun seksualitas bisa mencakup semua ini, tidak semuanya selalu dialami atau diekspresikan.
Interseks adalah kondisi individu yang memiliki karakteristik seks yang berbeda dengan kategorisasi medis yang konvensional, yaitu tubuh betina (perempuan) dan tubuh jantan (laki-laki). Interseks berbeda dengan hermafrodit atau kondisi kelamin ganda. Sejak lahir pun manusia tidak otomatis menjadi identik laki-laki ataupun identik perempuan. Misalnya, ada orang yang memiliki vagina, tapi tidak punya rahim. Ada juga orang yang hormonnya tidak identik dengan hormon perempuan ataupun hormon laki-laki. Ada juga yang alat kelaminnya secara eksplisit terlihat seperti mikropenis, yang terlihat terlalu kecil untuk dibilang penis, tapi terlalu membengkak untuk dibilang klitoris.
Gender merujuk pada keragaman peran, fungsi, dan identitas yang merupakan hasil konstruksi sosial atau bentukan masyarakat. Pemaknaan fungsi gender itu sangat kontekstual, bisa berbeda di satu tempat dengan tempat lainnya, juga satu budaya dengan budaya lainnya. Pembahasan mengenai gender biasanya melekat dengan kualitas sifat maskulin dan feminin. Identitas gender adalah apa dan bagaimana seseorang mengidentifikasikan dirinya, sebagai perempuan, laki-laki, atau yang lainnya. Identitas gender bersifat subjektif dan didasari pada perasaan yang sangat personal, tergantung penghayatan masing-masing individu. Oleh karena itu, ragamnya sangat banyak. Bisa puluhan bahkan ratusan.
Identitas gender seseorang bisa sama atau berbeda dengan gender yang ditetapkan untuknya saat dia lahir. Ketika identitas gender seseorang sama dengan gender atau seks yang ditetapkan kepadanya sejak lahir, maka ia disebut sebagai cisgender. Sementara ketika identitas gender seseorang berbeda dengan gender atau seks yang ditetapkan kepadanya saat lahir, maka ia disebut dengan transgender.
Cara seseorang menampilkan identitas gender dirinya melalui penampilan fisik dan perilaku saat berinteraksi dengan orang lain disebut dengan ekspresi gender. Seseorang dapat menampilkan dirinya sebagai feminin, maskulin, androgin (memiliki karakter feminin dan maskulin yang seimbang dalam waktu bersamaan), tidak ada perempuan harus begini, laki-laki harus begitu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H