Sebuah organisasai mahaiswa islam tertua di Indonesia, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang berdiri pasca kemerdekaan yakni 2 tahun setelah merdeka, tepatnya 5 Februari 1947 Masehi bertepatan dengan 14 Rabi'ul Awal 1366 Hijriah.
Pembahasan buku ini dimulai dari latar belakang Bab Kesatu. Yang perlu diketahui, ada 3 yang melatar belakangi berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yakni:
1. Situasi negara Republik Indonesia
Situasi negara ini sangatlah mencekam karena kekalahan tantara jepang dan Indonesia memutuskan untuk merdeka berdampak kepada kedatangan Belanda ke Indonesia dibonceng Netherlands Indies Civil Administration (NICA). Mereka merasa memiliki hak atas Indonesia atas kekalahan Jepang. Darinya terjadi mulai terjadi Perjanjian Linggarjati pada 25 Maret 1947 , Agresi Militer Belanda I, Perjanjian Renville pada 8 Desember 1947 hingga 17 Januari 1948, Agresi Militer Belanda II, Konferensi Meja Bundar.
2. Situasi umat islam Indonesia
Umat islam Indonesia ketika bangsa eropa datang ke indonesia pada awalnya memiliki misi berdagang saja, namun lambat laun misi mereka adalah menjajah dan mengeruk sebanyak-banyaknya kekayangan bumi Nusantara, ditambah misi penyebaran agama. Karena agama islam yang datang dengan damai dan terpatri dalam hati rakyat Indonesia, namun disisi lain tak meninggalkan ritual-ritual rakyat atau nama lainnya ritual kejawen. Namun pada era modern umat islam bangkit dengan beberapa intelektual Indonesia pulang dari luar negeri mendirikan Serikat Dagang Islam, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama dan lain-lain. Akhirnya disepakati pada Muktamar 1 umat muslim tangal 7 November 1945 Masehi yang intinya mendirikan satu partai islam yakni Majelis Syuro Muslimin Indonesia (MASYUMI). Dan mempunyai organisasi islam pemuda bernama Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII).
3. Situasi dunia perguruan tinggi dan kemahasiswaan.
Situasi dunia perguruan tinggi dan kemahasiswaan kurang lebih sama dengan keadaan Indonesia setelah dijajah dan apa yg terjadi pada umat islam pada saat itu. Poin 1 dan 2 berakibat kepada sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Di Yogyakarta ada Sekolah Tinggi Islam (STI) (berubah nama menjadi Universitas Islam Indonesia (UII)), BPTGM (Perguruan Tinggi Gadjah Mada) (berubah nama menjadi UGM (Universitas Gadjah Mada)), Sekolah Teknik Tinggi dan lain-lain. Berbicara Perguruan Tinggi juga berbicara tentang organisasi mahasiswa. Memang ada organisasi mahasiswa yakni Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) dan Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI), namun keduanya tidak berlandaskan Islam.
Dari ketiga garis besar latar belakang tersebut merupakan kondisi objektif yang dihadapi. Ada satu poin lagi yang tidak dituliskan dibuku ini yakni kondisi umat islam dunia.
Bab Kedua meruapak usaha yang dilakukan Lafran Pane sebagai tokoh mendirikan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Pada November 1946 Masehi Lafran Pane bertekat mendirikan organisasi mahasiswa berlandaskan islam, meskipun banyak kalangan mahasiswa tidak sepakat dan menolak. Sebagai contoh, dari Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) merasa organisasi merka ini sudah cukup karena negara Indonesia menggunakan dasar Pancasila, jadi tidak perlu berembel-embel islam karena akan memecah belah persatuan diindonesaia, sedangkan dari umat islam sediri dibawah payung Majelis Syuro Muslimin Indonesia (MASYUMI) merasa organisasi yang diinisiasi Lafran Pane sebagai pemecahan belah kesatuan umat islam.
Jawaban pertama dari Lafran Pane untuk pengurus Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) adalah islam tidak bertentangan dengan Pancasila, justru islam adalah penguat Pancasila itu sendiri. Dan jawab kedua untuk pengurus Majelis Syuro Muslimin Indonesia (MASYUMI) menurut Lafran Pane, organisasi mahasiswa islam tidak berpolitik.
Singkat cerita Lafran Pane sering bertemu dengan Prof. Abdoel Kahar Moezakir atau Mantan rektor Universitas Islam Indonesia, dan tanggapnnya postif sekali. Dari beberapa teman yang mendukung Lafran Pane, Beliau masih merasa kurang, sehingga menggerakan hatinya untuk beberapa kali mendatangi Masjid Kauman untuk sholat dan menemui bebrapa jama'ah untuk berdiskusi dengan mengajak membuat organisasi mahasiswa islam. Dan didalam kelas, mata kuliah Tafsir Bapak Husein Yahya tepatnya pada 5 Februari 1947 Masehi bertepatan dengan 14 Rabi'ul Awal 1366 Hijriah di ruang kelas Sekolah Tinggi Islam (STI) didirrikan sebuah organisasi mahasiswa islam bernama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan menyusun struktur pengurus.