Sejarah Ilmu
Dalam sejerahnya perkembangan ilmu pengetahuan tidak bisa dilepaskan dari filsafat, yang nantinya melahirkan filsafat ilmu. Peradaban ilmu manusia bisa dikatakan dan diawali dari Yunani abad 6-5 SM, sebagaimana diketahui bersama tokoh termansyur lahir di Yunani tersebut adalah Thales, Aristolates, Socrates dan sebagainya. Abad selanjutnya merupakan peradaban Romawi, di Romawi ilmu memang mengalami kemajuan namun tidak secemerlang abad peradaban Yunani yang disebut sebagai "Fenomena". Baru setelahnya adalah abad pertengan kisaran abad 12-an M, yang kita kenal sebagai abad kegelapan bisa dikatakan ilmu pengetahuan dikekang oleh otoritas geraja sehinngga ilmu terhambat untuk tumbuh, tapi pada abad 17 M baru bisa tumbuh subur melalui pergolakan yang luar biasa yakni renaissance atau pembaharuan.
Berbeda di wilayah timur, wilayah timur memiliki kontribusi di bidang ilmu pengetahuan namun kurang diperhatikan, seperti filsafat china abad 13 M, filsafat india, dan islam abad 7 M atau masa Nabi Muhammad dan abad 12 M pada masa dinasti-dinasti.
Perkembangan filsafat ilmu di mulai dari revolusi filsafat alam, adalah mendobrak pemahaman geraja yang mengekang pemikiran dan logika, sebagai misal dahulu pusat tata surya adalah bumi namun kemudian dibantah oleh Galileo Galilei yang mengatakan bahwa pusat tata surya adalah matahari bukan bumi. Setelahnya muncul revolusi industri, muncul genre romantik di filsafat yang mencoba melawan dominasi akal pikiran yang mulai kehilangan rasa simpatik terhadap alam dan sekitarnya. Bahkan revolusi itu terjadi di politik dan demokrasi.
- Filsafat Ilmu
Dalam semua bidang, ilmu miliki landasan filosofis yang kuat. Yang dimaksud adalah bagaimana kita menjelaskan sebuah kejadian secara logika dan mampu dipahami pikiran orang-orang dan tidak terkekang oleh dogma atau dalil semata. Yang melalui filsafat imu tersebut setiap kejadian akan terintegrasi dengan kejadian yg lain.
Filsafat terbagi menjadi 3 cabang:
- Ontologi
- Epistimologi
- Aksiologi
Epistimologi yang memberi kerangka berpikir yang kemudian digunakan dalam filsafat atau pertanyaan "apa hakikat sebuah ilmu?" yang diharapkan dari epistimologi adalah kebenaran ilmu secara runtut dan memliki metodenya serta mampu dijelaskan dengan rasio manusia.
Poin ke-2 Filsafat Ilmu menjelaskan sejarah lagi, namun diperinci dari sisi aliran ilmu seperti rasionalisme (akal/pikiran), empirsisme (panca indera), kritisme (rasio dan indera sama penting), fenomenologi (intuisi yang membekaskan dari prasangka) dan idealisme (roh atau jiwa) dan materialisme (dunia fisik). Dari aliran tersebut, metodologi yang digunakan dalam pengambilan keputusan menghasilkan karya penelitian yang berbeda. Dalam sejarahnya seseorang beranam Otto Neurath yang berusaha menyatukan semua aliran, yang lambat laun mengalami belitan dalam hal penyatuan dan reduksinisme. Hasil yang didapat dari Otto Neurath adalah beberapa bisa disatukan dan yang lainya belum bisa disatukan.
Dan akhir buku ini menjelaskan tentang hubungan antara ilmu dan budaya. Poin intinya dalam pemecahan masalah tidak semata-mata pada objek dan peristiwanya, namun pada metode dan solusi yang ditawarakan.
Referensi dari Buku Filsafat Ilmu, Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan karya Jerome R. Ravertz