Lihat ke Halaman Asli

Review Antropologi Agama

Diperbarui: 17 Desember 2023   19:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Materi I : Dr. Rismawati, S.Sos, MA.

Antropologi agama adalah cabang ilmu antropologi yang fokus mempelajari agama dan praktek keagamaan dalam konteks kebudayaan manusia. Ilmuwan antropologi agama memerhatikan bagaimana keyakinan, ritual, mitos, dan praktek keagamaan mempengaruhi dan terintegrasi dengan kehidupan sosial, struktur masyarakat, serta cara individu dan kelompok berinteraksi.
1. Metode historis
Metode ini bersifat sejarah dengan maksud untuk menelusuri pikiran dan perilaku manusia tentang agamanya yang berlatar belakang sejarah yaitu sejarah perkembangan budaya agama sejak Manusia masih sederhana budayanya sampai budaya agamanya yang sudah maju.

2. Metode normatif
Yaitu metode yang mempelajari norma-norma, kaidah-kaidah, patokan-patokan dan sastra suci agama. Maupun yang merupakan perilaku ada kebiasan yang tradisional yang tetap berlaku baik dalam hubungan manusia dan alam gaib maupun dalam hubungan antar manusia yang bersumber dan berdasarkan ajaran agama masing-masing.

3. Metode deskriptif
Metode ini ialah berusaha mencatat, melukiskan, menguraikan, melaporkan tentang buah pikiran, sikap tindak dan perilaku manusia yang menyangkut agama dalam kenyataan yang implisit.

4. Metode empiris
Metode ini mempelajari pikiran, sikap dan perilaku agama manusia yang diketemukan dari pengalaman dan kenyataan di lapangan artinya yang berlaku sesungguhnya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari dengan menitikberatkan perhatian terhadap kasus-kasus kejadian tertentu ( metode kasus).

Materi Materi II : Yulianti Bakari, S.Sos, MA. Orang Dayak pembangunan dan agama resmi

Penulis menyoroti bagaimana sejarah kolonialisme telah memaksa masyarakat Dayak melepaskan identitas mereka untuk mendapatkan promosi jabatan. Lebih lanjut, teks menggambarkan bagaimana pandangan negatif terhadap masyarakat Dayak masih bertahan hingga saat ini, tercermin dalam predikat seperti "peladang berpindah" dan "orang terkebelakang".

Pentingnya hubungan masyarakat Dayak dengan tanah, terutama dalam konteks hutan adat, dijelaskan dengan rinci. Konsep kebenuaan sebagai suatu konsepsi geo-politik menyoroti nilai dan fungsi hutan adat bagi masyarakat Dayak, termasuk dalam menjaga keseimbangan alam.

Teks juga membahas pandangan masyarakat Dayak terhadap jagad raya dan penciptaannya oleh Yang Maha Tinggi. Hal ini memberikan wawasan tentang landasan spiritual masyarakat Dayak.

Selain itu, teks menyoroti perubahan sosial yang terjadi seiring dengan modernisasi, dengan rumah panjang sebagai simbol kebudayaan Dayak yang berubah. Pemikiran positivisme, rasionalisme, dan pembangunan yang dipandang dari perspektif Barat menjadi kritik terhadap pelecehan hak-hak masyarakat adat.

Pada akhirnya, teks menunjukkan bahwa paradigma pembangunan yang tidak memperhatikan nilai-nilai sosiokultural lokal dapat menjadi bentuk eksploitasi dan opresi. Penerapan Konvensi ILO 169 disebut sebagai upaya internasional untuk mengubah paradigma tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline