Lihat ke Halaman Asli

Muh Fauzan Sadhilllah

Mahasiswa/pelajar/universitas Hasanuddin

Cegah Obesitas di Era Milenial

Diperbarui: 23 Mei 2022   15:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pada saat sekarang ini kita hidup di era milenial, dimana adanya kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan ekonomi yang semakin meningkat telah menciptakan sebuah lingkungan yang dapat menyebabkan berkembangnya kondisi overweight dan obesitas di kalangan masyarakat. Menurut (WHO, 2000) obesitas adalah keadaan dimana terjadinya kelebihan akumulasi lemak pada jaringan adiposa yang dapat mengakibatkan terganggunya taraf kesehatan. Dimana kondisi tersebut dianggap sebagai faktor risiko terjadinya penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif merupakan suatu kondisi penyakit yang muncul akibat adanya proses kemunduran fungsi sel-sel tubuh dari yang awalnya keadaan normal menjadi lebih buruk dan bahkan dapat berlangsung secara kronis. Di era milenial sekarang ini gaya hidup mengalami perubahan-perubahan secara signifikan, mulai dari traditional life style menjadi sedentary life style. Gaya hidup sedentari atau kurang gerak yang disertai dengan pola makan yang berlebih, yaitu asupan tinggi karbohidrat, lemak, protein dan rendah serat. Semua faktor tersebut dapat menyebabkan risiko terjadinya overweight dan obesitas. 

Data dari World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa tahun 2015, sekitar 2,3 miliyar remaja usia 15 tahun ke atas mengalami kelebihan berat badan, dari jumlah tersebut lebih dari 700 juta mengalami obesitas. Dengan prevalensi sebesar 11% pada pria, dan 12% pada wanita. Prevelensi tinggi terjadi di negara maju seperti Amerika serikat maupun Eropa yang mengalami overweight sebesar 62% dan 26% obesitas. Di Asia tengara angka overweight mencapai 14% dan 3% obesitas. Di Indonesia, menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 sebanyak 15,4% mengalami obesitas dan 13,5% mengalami overweight. Data Rikesdas 2018, menunjukkan bahwa kejadian obesitas pada dewasa usia di atas 18 tahun yakni berat badan lebih (overweight) 13,6% dan obesitas 21,8%. Kejadian obesitas di Indonesia memiliki prevalensi obesitas sentral pada dewasa 15 tahun sebesar 31,0%. Persentase obesitas tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 42,5% dan yang terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 19,3%. Peningkatan prevalensi obesitas ini tidak hanya terjadi pada usia dewasa saja namun juga pada anak-anak. Diperkirakan di Tahun 2030, 38% populasi dunia pada usia orang dewasa akan mengalami kelebihan berat badan (overweight) sedangkan 20% lainnya akan menderita obesitas (Steven et al., 2012). Obesitas di Indonesia sendiri mengalami peningkatan tahun 2018 mencapai 8% di Indonesia dilihat dari data poltekkes dan menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kementerian Kesehatan RI, 2018) anak usia 5-12 tahun sebanyak 10,8% mengalami obesitas diperkirakan pada tahun 2020, anak yang mengalami obesitas mencapai peningkatan besar yaitu 65% pada usia rentang 7-15 tahun. 

Pola makan yang kurang tepat dapat memicu munculnya masalah nutrisi pada anak. Di era milenial ini semua yang kita inginkan dapat kita peroleh dengan cara yang instan misalnya seperti makanan, sekarang ini orang-orang ketika lapar tidak perlu lagi susah payah untuk memasak makanannya sendiri yang membutuhkan waktu lama, sekarang ini sudah ada makanan cepat saji (fast food) yang sangat mudah kita temukan di berbagai tempat seperti minimarket ataupun usaha-usaha rumahan. Masyarakat saat ini lebih cenderung menyukai makanan cepat saji (fast food) dan berbagai makanan dan minuman olahan dengan kandunngan glukosa tinggi. elain itu, ada juga bukti yang mendukung bahwa asupan gula berlebihan dengan minuman ringan, peningkatan ukuran porsi makan, dan penurunan aktivitas fisik secara terus-menerus telah memainkan peran penting dalam peningkatan angka obesitas di seluruh dunia. 

Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square diperoleh p value = 0.002 (p < 0.05) yang menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara konsumsi fast food dengan kejadian obesitas pada remaja di Kabupaten Gorontalo tahun 2019. Hal tersebut disebabkan karena makanan fast food mengandung banyak kalori, garam dan masih banyak lagi zat-zat yang kurang baik untuk kesehatan, semakin sering mengkonsumsi fast food maka akan semakin berisiko menderita obesitas. 

Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square diperoleh p value = 0.002 (p < 0.05) yang menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara konsumsi fast food dengan kejadian obesitas pada remaja di Kabupaten Gorontalo tahun 2019. Hal tersebut disebabkan karena makanan fast food mengandung banyak kalori, garam dan masih banyak lagi zat-zat yang kurang baik untuk kesehatan, semakin sering mengkonsumsi fast food maka akan semakin berisiko menderita obesitas. 

Mayoritas pada saat ini anak remaja mempunyai aktivitas fisik yang menurun setiap tahunnya. Perubahan waktu bermain anak remaja sangat terasa perbedaannya yang semula bermain di luar rumah namun seiring berkembangnya teknologi di era milenial ini yang banyak menciptakan teknologi canggih seperti bermain game di smartphone, menonton televisi, menggunakan komputer daripada berjalan, bersepeda maupun berolahraga. Semua aktivitas tersebut dapat dilakukan di dalam rumah, sehingga remaja saat ini lebih memilih bermain di dalam rumah. Kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan remaja pada saat ini akan mengarahkan pada meningkatnya gaya hidup sedentari yaitu remaja yang banyak terlibat dalam kegiatan di depan layar, membaca, duduk dan bersantai tanpa perlu mengeluarkan energi yang banyak. 

Lalu, bagaimana si cara mencegah Obesitas? 

Di era sekarang ini, aktivitas fisik sudah jarang dilakukan Seiring dengan perubahan gaya hidup berpengaruh pada peningkatan berat badan yaitu terjadi peningkatan sekitar 50-60 kalori dari asupan kalori sehari dan penurunan aktivitas fisik bisa menyebabkan peningkatan 2,4 kg berat tubuh pada akhir tahun. 

Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan di era sekarang ini guna untuk mencegah terjadinya Obesitas baik pada remaja ataupun anak-anak, cara yang bisa dilakukan seperti melakukan aktivitas fisik secara rutin, Aktivitas fisik merupakan variabel untuk pengeluaran energi, oleh karena itu aktivitas fisik dijadikan salah satu perilaku untuk penurunan berat badan. Berdasarkan beberapa penelitian mengungkapkan apabila ber aktivitas fisik dengan intensitas yang cukup selama 60 menit dapat menurunkan berat badan dan mencegah untuk peningkatan berat badan kembali, namun aktvitas fisik ini harus secara rutin dilakukan guna untuk membakar energi atau kalori sehingga ketika kita mengkomsumsi makanan yang berlebih dan mengandung kalori lebih banyak .

Menurut penelitian adanya hubungan antara pengetahuan terhadap aktivitas fisik dengan kejadian kelebihan berat badan. semakin baik pengetahuan seseorang maka akan semakin baik pula ia dalam berperilaku sehat yang dalam hal ini maka orang itu akan beraktivitas fisik baik, sehingga dengan demikian maka sudah tentu aktivitas fisik yang baik akan membakar kalori yang cukup banyak dan sudah tentu pula akan mencegah dari kejadian kelebihan berat badan, begitu pula dengan sebaliknya. 

Cara selanjutnya yang bisa dikakukan yaitu dengan mengurangi makan makanan yang mengandung kalori, gula, lemak dan garam tinggi seperti fast food memang di era sekarang ini fast food banyak di gemari oleh anak-anak dan remaja karena rasanya yang lezat, namun dibalik rasanya yang lezat itu ternyata yang dapat menyebabkan peningkatan lemak dalam tubuh apabila dikomsumsi secara berlebihan dan tanpa batas sehingga dapat menyebabkan overweight atau obesitas. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline