Lihat ke Halaman Asli

Muh. Fadli Hasan

An English Literature Student

Ceritakan Malam yang Silam

Diperbarui: 28 Oktober 2020   21:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana kampung tetiba sunyi dari kebisingan di malamnya. Mulanya telinga dipenuhi dengan suara-suara seketika bersih darinya. Eh, mati lampu ternyata. Langsung saja, tanpa ragu ku langkahkan kaki ke luar, ke jalan. Ku jatuhkan badanku hingga terbaring di atas sadel motor yang sedari sore sudah terparkir. Mataku tertuju ke atas, bukan ke atap, namun ke langit yang penuh bintang.

Malam yang indah tanpa polusi cahaya. Hingga tampak jelas cahaya dari bintang-bintang. Sesaat pikiran membawaku pada kenangan-kenangan. Momen pada masa dulu yang kadang lampu hanya menyala beberapa jam saja pada malamnya dan kadang dapat bonus menyala pada minggu paginya, itupun hanya sampai pada jam dua saja. Motor-motor juga belum ada yang berlalu-lalang seperti sekarang. Pun sama halnya dengan mobil.

Pada malam yang terang karena disinari purnama, anak-anak biasanya keluar rumah, berkumpul dengan kawan-kawan memainkan permainan tradisional. Misalnya, enggo, oko-oko lobe, hendip, dan yang tidak kalah serunya adalah ase. Hal semacam ini pun bisa menjadi sumber terciptanya kebahagiaan di masa kecil dan akan menjadi cerita-cerita juga kelak ketika telah dewasa dan mungkin juga kepada anak cucu.

Usuku, 15 Oktober 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline