Makassar,Kompasiana - Stres dalam perkuliahan merupakan fenomena umum yang dialami oleh mahasiswa di seluruh dunia. Di tengah tekanan akademik, tuntutan sosial, dan perubahan besar dalam kehidupan pribadi, mahasiswa sering kali menghadapi tantangan kesehatan mental yang signifikan. Data terbaru menunjukkan bahwa pada tahun 2024, sekitar 59% mahasiswa melaporkan mengalami kecemasan, dan 43% di antaranya mengalami depresi.
Menurut World Health Organization ( WHO ), lebih banyak wanita yang terkena gangguan kecemasan di bandingkan pria, di perkirakan 4% populasi global mengalami gangguan kecemasan. Pada tahun 2019, 301 juta orang di dunia mengalami gangguan kecemasan, gangguan kecemasan sebagai gangguan mental yang paling umum. Meskipun terdapat pengobatan yang sangat efektif untuk gangguan kecemasan, hanya sekitar 1 dari 4 orang yang membutuhkan (27,6%) menerima pengobatan apapun.
Di dunia perkuliahan pula bukan hanya menuntut kita untuk menjadi cerdas tetapi juga menuntut kita untuk mampu memenuhi biaya di universitas tempat kita menuntut ilmu, dalam dunia perkuliahan kepintaran dan keuangan harus berjalan beriringan untuk dapat menyelesaikan pendidikan dan mendapatkan gelar impian. Menghadapi situasi ini, penting bagi mahasiswa untuk mengembangkan strategi yang efektif dalam mengelola stres dan menjaga kesehatan mental mereka.
1. Faktor utama pemicu stres di kalangan mahasiswa
Penting untuk memahami penyebab stres mahasiswa. Tekanan akademik yang tinggi, seperti tenggat waktu yang ketat, ujian, dan tuntutan akademik lainnya, dapat menyebabkan stres yang berlebihan. Selain itu, masalah sosial seperti tekanan dari teman sebaya, kesulitan dalam hubungan, dan kesulitan finansial juga dapat berkontribusi pada stres mahasiswa. Berikut penjelasannya yang lebih kompleks, Beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap meningkatnya stres di kalangan mahasiswa meliputi:
* Tekanan Akademik: Beban tugas yang berat, ujian yang ketat, dan harapan untuk meraih prestasi tinggi sering kali menjadi sumber utama stres, banyaknya tugas serta deadline yang bersamaan membuat otak berfikir keras dan membuat pola tidur jadi tidak berantakan.
* Perubahan dalam Hubungan Sosial: Beradaptasi dengan teman sekamar baru di lingkungan kampus di mana kitapun harus berusaha saling mengenal sifat satu sama lain, membangun hubungan dengan teman sekelas yang baru kita kenal juga merupakan hal yang tidak mudah, atau menghadapi dinamika dalam hubungan romantis dapat menambah tekanan emosional dan tindakan yang salah jika tidak ditangani dengan baik
* Jauh dari keluarga : sulitnya beradaptasi untuk hidup jauh dari orang tua karena harus menuntut ilmu di rantau, yang awalnya setiap hari makanan sudah siap di meja selepas pulang sekolah sekarang berubah menjadi "aku makan apa yah selepas pulang dari kampus?" badan yang rasanya lelah dan perut yang kosong membuat rindu akan masakan ibu.
Pada intinya dunia perkuliahan adalah tempat di mana kita harus berusaha untuk lebih dewasa kedepanya, Banyak mahasiswa yang merasa stres hingga depresi karena tidak bisa mengendalikan apa yang mereka rasakan, dunia perkuliahan merupakan tempat kita bertemu orang-orang asing dari asal yang berbeda-beda maka penting untuk kita bisa beradaptasi dan siap menerima keadaan yang terkadang di luar kendali bahkan bukan kemauan kita.
2. Strategi Mengelola Stres
* Manajemen Waktu yang Efektif:
Mengatur waktu dengan baik adalah salah satu cara paling efektif untuk mengurangi stres. Mahasiswa dapat membuat jadwal harian atau mingguan untuk mengatur waktu belajar, beristirahat, dan bersosialisasi. Menggunakan aplikasi manajemen waktu juga dapat membantu tetap terorganisir dan menghindari penundaan tugas.
* Mencari Dukungan Sosial:
Mendapatkan dukungan dari teman, keluarga, atau konselor kampus sangat membantu dalam mengatasi stres. Survei menunjukkan bahwa sekitar 90% mahasiswa mengandalkan teman sebagai sumber utama dukungan mental, diikuti oleh internet dan orang tua. Berbicara dengan orang lain tentang masalah yang dihadapi dapat memberikan perspektif baru dan bantuan emosional.
* Berolahraga minimal 2x semiggul:
Aktivitas fisik seperti olahraga teratur dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan suasana hati. Mahasiswa juga dapat mencoba teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam untuk mengelola kecemasan dan meningkatkan kesejahteraan mental mereka.
3. Mengelola Harapan dan Tujuan untuk mengurangi stres:
* Penting bagi kita sebagai mahasiswa untuk menetapkan tujuan yang realistis dan tidak terlalu membebani diri sendiri. Mengelola harapan dengan baik dapat membantu mengurangi tekanan yang dirasakan dan memungkinkan mereka untuk merayakan pencapaian kecil di sepanjang jalan.
* Saat merasa dunia jahat dan tidak ada yang sesuai dengan rencana, ingat-ingat kembali apa yang menjadi tujuan serta apa yang akan menanti di depan jika kita mau bersabar dan tetap bertahan di keadaan yang sulit, percayalah bahwasanya banyak di antara anak seumuran kita yang ingin berkuliah tapi tidak seberentung keadaan kita.
* Ingat perjuangan orang tua untuk memberikan pendidikan yang terbaik untuk anaknya, sesulit apapun hal yang di rasakan di dunia perkuliahan lebih sulit orang tua yang banting tulang mencari rezeki demi anaknya di rantai bisa mempunyai kehidupan yang baik dan bisa menempuh pendidikan dengan nyaman.
4. Tindakan mahasiswa jika keadaan mental semakin memburuk
Jika mahasiswa mengalami gangguan mental, ada beberapa tindakan penting yang bisa dilakukan untuk mendapatkan bantuan dan mengelola kondisi agar tidak semakin parah yaitu:
Mencari bantuan profesional
* Konseling Kampus: Mengunjungi pusat konseling di kampus untuk mendapatkan dukungan dari konselor profesional.
* Psikolog atau Psikiater: Mencari bantuan dari psikolog atau psikiater untuk diagnosis dan perawatan yang tepat, termasuk terapi dan, jika perlu, medikasi.
Menghubungi layanan darurat
* Layanan Krisis: Menghubungi hotline krisis atau layanan darurat jika merasa dalam bahaya atau memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri.
* Tim Kesehatan Mental Kampus: Menghubungi tim kesehatan mental kampus yang mungkin memiliki program intervensi krisis.
Berbicara dengan orang terpercaya:
* Teman dan Keluarga: Membicarakan masalah dengan teman dekat atau anggota keluarga yang bisa memberikan dukungan emosional.
* Dosen atau Mentor: Berbicara dengan dosen atau mentor yang mungkin bisa memberikan nasihat akademis dan pribadi.
Menggunakan teknologi untuk dukungan:
* Aplikasi Kesehatan Mental: Menggunakan aplikasi seperti Headspace, Calm, atau aplikasi lain yang menawarkan meditasi, latihan pernapasan, dan dukungan kesejahteraan mental.
* Forum dan Grup Dukungan Online: Bergabung dengan komunitas online di mana mereka bisa berbagi pengalaman dan mendapatkan dukungan dari orang lain yang menghadapi masalah serupa.
Mengatur gaya hidup sehat:
* Olahraga Teratur: Berpartisipasi dalam aktivitas fisik untuk mengurangi stres dan meningkatkan mood.
* Polarisasi Tidur: Memastikan tidur yang cukup dan berkualitas untuk membantu tubuh dan pikiran pulih.
* Pola Makan Seimbang: Mengonsumsi makanan sehat yang dapat mendukung kesehatan mental.
Manajemen waktu
* Rutin Harian: Membuat jadwal yang seimbang antara studi, istirahat, dan kegiatan sosial.
* Teknik Relaksasi: Menerapkan teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau latihan pernapasan untuk mengelola stres.
Menghindari kebiasaan buruk:
* Substansi: Menghindari penggunaan alkohol, narkoba, atau zat lain yang bisa memperburuk kondisi mental.
* Media Sosial: Membatasi waktu di media sosial jika merasa bahwa hal itu menambah stres atau kecemasan.
Mengambil cuti jika diperlukan:
* Cuti Akademik: Mempertimbangkan untuk mengambil cuti akademik jika kondisi mental mengganggu kemampuan untuk belajar dengan efektif.
* Istirahat Singkat: Mengambil waktu istirahat singkat untuk relaksasi dan refleksi tanpa beban akademis.
Mempelajari lebih lanjut tentang kesehatan mental:
* Sumber Daya Edukatif: Membaca buku, artikel, atau mengikuti workshop tentang kesehatan mental untuk memahami lebih baik kondisi yang dialami dan cara mengatasinya.
* Pelatihan Manajemen Stres: Mengikuti pelatihan atau kursus yang fokus pada teknik manajemen stres dan kesejahteraan mental.