Lihat ke Halaman Asli

Zulkifli Muhammad

Just Ordinary People

Indonesia Emas 2045, Sebuah Cita-Cita atau Mimpi?

Diperbarui: 24 September 2024   15:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://pripmda.id

Apakah diantara teman-teman sekalian ada yang pernah membaca Visi Indonesia 2045 ? Ya benar. Visi Indonesia 2045 disusun dalam rangka mewujudkan gagasan “Impian Indonesia 2015 – 2085” yang dicetuskan oleh Jokowi di Merauke, 30 Desember 2015 silam. Dimana gagasan tersebut tujuannya untuk mempercepat perwujudan visi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur sebagaimana tertera dalam pembukaan UUD 1945;

Impian Indonesia 2015 – 2085 sebagaimana yang ditulis tangan sendiri oleh Jokowi, yaitu 1). Sumber Daya Manusia Indonesia yang kecerdasannya mengungguli bangsa – bangsa lain di dunia 2). Masyarakat Indonesia menjunjung tinggi pluralisme, berbudaya, religius dan menjunjung tinggi nilai nilai etika 3). Indonesia menjadi pusat pendidikan, teknologi dan peradaban dunia 4). Masyarakat dan Aparatur Pemerintah yang bebas dari perilaku korupsi 5). Terbangunnya infrastruktur yang merata di seluruh Indonesia 6). Indonesia menjadi negara yang mandiri dan negara yang paling berpengaruh di Asia Pasifik dan 7). Indonesia menjadi barometer pertumbuhan ekonomi dunia;

Apa yang dituliskan oleh Jokowi kemudian menjadi basis dari Visi Indonesia 2045 memang sangat ideal selaras dengan apa yang menjadi tujuan para Founding Fathers ketika mendirikan negara ini yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dan upaya itu sudah dimulai sejak 79 tahun silam ketika Indonesia baru saja memproklamirkan kemerdekaan.

Dahulu dimasa-masa awal kemerdekaan ketika Indonesia dihadapkan pada tantangan melambungnya harga-harga barang akibat inflasi dan blokade ekonomi oleh Belanda (NICA), para tokoh cendikiawan seperti Ir. Surachman, Ir. Darmawan Mangunkusumo, dr. A. K. Gani dan Muhammad Hatta ketika itu sudah melakukan serangkaian strategi untuk keluar dari persoalan tersebut diantaranya dengan meyakinkan dunia internasional untuk memberi pinjaman kepada negara, melakukan konferensi ekonomi dalam rangka menangani masalah ekonomi yang mendesak seperti masalah produksi, distribusi pangan, sandang serta status dan administrasi perkebunan. Dibentuknya Badan Perancang Ekonomi pada 19 Januari 1947 yang ditugasi untuk membuat rencana pembangunan ekonomi untuk 3 tahun. Lahan – lahan kosong di daerah Sumatera Timur seluas 281 ribu hektar diolah dan ditanami, begitu pula di daerah Jawa dilakukan intensifikasi dengan penanaman bibit unggul. Semua upaya tersebut dilakukan dengan satu tujuan yaitu mensejahterakan rakyat yang baru saja merdeka;

Demikian pula pasca kemerdekaan ditandai dengan kondisi hampir seluruh rakyat mengalami buta huruf yang mendorong Presiden ke-1 R.I Ir. Soekarno turun langsung dalam upaya pemberantasan buta aksara dengan mencanangkan program “Pemberantasan Buta Aksara (PBH) atau kursus ABC” pada 14 Maret 1948. Kemudian pada tahun 1960 Presiden Soekarno kembali mengeluarkan komando untuk menuntaskan buta huruf karena masih ada sekitar 40 % orang dewasa yang masih buta huruf, nanti pada sekitar tahun 1964 penduduk indonesia (usia 13-45 tahun) dinyatakan bebas buta huruf;

Selama kurang lebih 80 tahun para tokoh bangsa Indonesia silih berganti telah berupaya untuk menjalankan amanat UUD 1945  yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan harapan pada suatu saat dimasa yang akan datang Indonesia telah menjadi negara maju;

Singkat cerita kini di rezim Pemerintahan Jokowi estafet amanat itu berlanjut. Namun yang menjadi pertanyaan mendasar kita yaitu, apakah yang dilakukan pemerintah saat ini adalah merupakan keberlanjutan dari apa yang telah diperjuangkan oleh para tokoh terdahulu atau sebaliknya justru menjadi antitesa dari tujuan yang sudah digariskan oleh mereka ???? Apakah slogan keberlanjutan yang berulangkali digaungkan benar benar merupakan keberlanjutan ide dari yang telah final digagas oleh para founding fathers ??

Hal inilah yang menarik untuk kita cermati, apa relevansi antara sepak terjang pemerintah khususnya diperiode akhir ini yang masih senafas dengan tujuan negara untuk mensejahterakan rakyat dan mencerdaskan kehidupan bangsa;

  • Sumber Daya Manusia Indonesia yang kecerdasannya mengungguli bangsa – bangsa lain di dunia

Sekilas potret SDM Indonesia. Dari segi jumlah, Indonesia masuk lima besar populasi dunia. Sensus penduduk tahun 2020 menunjukkan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) mencapai 191 juta jiwa atau mencapai 70 persen dari total penduduk. Inilah yang kemudian disebut sebagai “bonus demografi” yaitu kondisi dimana jumlah penduduk usia produktif jauh lebih banyak dibandingkan penduduk non-produktif. Memang kondisi ini berpeluang menjadi keuntungan ketika berhasil dikelola menjadi generasi muda terdidik dan berkualitas;

Tapi faktanya, mayoritas “bonus demografi” ini didominasi lulusan SD dan SMP, sekitar 80 persen populasi dan hanya 6,4 persen yang mengenyam pendidikan tinggi. Dari segi kompetensi, skor PISA (Program for International Student Assessment) terakhir tahun 2018 menunjukkan siswa siswa sekolah malah mengalami penurunan skor di semua area, membaca, matematika dan sains.

Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index) - komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per-kepala - menunjukkan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999). Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada di urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Data yang dilaporkan oleh The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dari data tersebut, dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan di Indonesia masih terancam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline