Lihat ke Halaman Asli

Silogisme, Logisme, dan Falasi

Diperbarui: 1 Oktober 2023   07:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

   Pada setiap kegiatan akan ada yang namanaya logika berfikir, setiap ahal yang meneyertai itu merupakan logika berfikir, kita melakauakan nlogika berfikir dalam mencapai suataua haal kebenarana ataua kebijaksanaan.

   Kemamapuan untuk berfikir secara logis, analis, dan memeiliki kesimpulan, menjadi fitrah kita sebagai makhluk yang memiliki akal dan mampu menalar. Logika secra estimologi dalam bahasa Latin, Yunani yakni dari kata logos (perkataan akal), yakni peneyelidikan dasar-dasar dan metode berfikir yang benar atau lurus. 

Sehingga dalam proses berfikir ilmiah atupun pemhamaan dalam suatu hal perlu didorong dengan logika. Adapun penriakan kesimpulan ilmia bisa ditarik dengan logika deduktif dan logika induktif. Selain itu bahasa juga menjadi sarana berpikiri ilmiah, bahwa bahasa menjadi alata komunikasi verbal dalam penyampaian jalan pikir kepada orang lain. (Imron Mustofa, 2016)

  Pada logika berfikir ada yang disebut dengan Silogisme, merupakan bentuk argumen secara logis terdiri atas 2 pernyataan, dana memiliki kesimpulan. Pada silogisme, pernayataan pertama yakni major, pernyataan dua minor, dan kesimpulan. Pada sebuah jurnal menegnai kajian ilmu matematika, bahwa pelajaran Matematika memiliki peran dalam meelatih berfikir logis, analis, krtits.

  Selain pada silogisme, ada falasi, yang merupakan jenis argumen keliru atau menjerumus padad hal tidak valid. Sheingga faalsi merupakan penalaran yang mengakibatkan kesalahan logis atau pemikitan.

  Sehingga, pada logika kita belajar ilmu pemlaraan yang benar atau menacapai kebenaran, secara silogisme ia memeiliki dua premis atau pernyataan dan kesimpulan. Adapun falasi sisi ketidakvalidan argumen. Memiliki pemahaman yang baik mengenai logika dan mampu identifikasi atau analisis, memebantu dalam berfikir kritis dan menajdikan argumen kuat.

References

Hidayat, W., & Sumarmo, U. (2013). kemampuan Komunikasi dan Berfikir Logis Matematika Serta kemandirian Belajar. Jurnal Mtematika dan Pendidikan Matematika, 1-3.

Mustofa, I. (2016). Jendela logika dalam Berfikir: Deduksi dan Induksi sebagai Dasar Penalaran Ilmiah. Jurnal Pemikiran dan Pendiidkan Islam, 122-124.

Sutrisno, Prasetyowati, D., & Kartinah. (2018). Efektivitas Buku Ajar Matematika SMP Berbasis 3-D untuk Meningkatkan Kemmapuan Komunikasi Matematika Siawa. Jurnal Silogisme, 8-10.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline