Lihat ke Halaman Asli

Muharningsih

Pengurus IGI Kab. Gresik-Pengurus KOMNASDIK KAB. Gresik-Editor Jurnal Pendidikan WAHIDIN

Hari Guru Nasional: Refleksi Tokoh Jeng Yah dalam Realitas Guru Wanita

Diperbarui: 5 Desember 2023   16:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berkiprah di ruang kelas, berinteraksi dengan siswa dan wali murid serta saling mengisi antarteman sejawat, tentunya sudah menjadi 'sarapan' sehari-hari seorang guru, meskipun seringkali belum sarapan dari rumah. Menyapa anggota keluarga kedua (sekolah) lebih intens dibandingkan say hello bersama sanak saudara. 

Guru memiliki koneksi aktivitas di berbagai 'dunia'. Dunia maya maupun nyata, dunia anak, dunia teman, dunia diri sendiri, dunia masyarakat, dunia kerabat, dunia keluarga, dunia paguyuban, dan lain sebagainya. 

Sorotan kerdil pada upah atau pendapatan, namun miliki keagungan ketika mampu menghantarkan siswa menggapai cita-cita. Diakui atau tidak, guru punya peran besar dalam hal ini. Bicara tentang cita-cita, saya tertantang sosok Dasiyah. Jeng Yah, demikian orang menyebut Dasiyah. Tokoh utama serial web Gadis Kretek yang diperankan aktris Dian Sastrowardoyo. Penggambaran Jeng Yah merongrong feminisme seorang wanita. Mari kita ulik bagaimana refleksi sosok Jeng Yah pada jiwa guru esensialnya guru wanita.

a. Penyetaraan gender

Industri kretek nusantara umumnya di Jawa Tengah era tahun 60-an sedang hits. Ayah Jeng Yah, Pak Idroes Moeria (Rukman Rosadi) memiliki pabrik kretek rumahan. 

Merek rokok Merdeka menjadi branding pabrik Idroes. Sejak kecil bergelut dengan tembakau membuat Jeng Yah miliki visi baru terhadap suguhan kretek guna melawan pesaing. Kegigihannya membuka pintu ruang racikan saus kretek sangatlah dramatis. 

Nyinyiran orang sekitar berasumsi bahwa wanita hanya boleh bermain di dapur, menghasilkan busa cuci piring, menjemur pakaian, nggoreng tempe, mandikan anak-anaknya, melayani suami, dll. Diibaratkan dedemit sampai diusir dengan dupa jika ada perempuan masuk dalam ruangan misteri tersebut. 

Secara psikologis, kemanusiaan, dan bekal rasa sayang, Soeraja sangat antusias membantu Jeng Yah. Berbekal kunci dari Ario Bayu (pemain Raja), Jeng Yah berhasil membuat saus. Tidak cukup satu atau dua kali percobaan meracik saus, hingga lebih dari lima kali, barulah saus kretek dinyatakan layak. 

Refleksi tokoh Jeng Yah dapat ditemui pada sosok guru wanita. Hegemoni para suami jika melihat istrinya mau melanjutkan pendidikan S2 atau S3 kebanyakan tidak mengizinkan. Dianggapnya cukup S1 saja jika hanya sekadar mengajar. Inovasi pengembangan diri tidak harus diperoleh dari pendidikan universitas. 

Mengurus anak jauh lebih mulia dibandingkan rela membuang waktu di bangku kuliah. Hal tersebut sebanding dengan pemikiran kuno bahwa emansipasi wanita tidak diprioritaskan. Segala hal yang berdampak positif dan menemukan pembaharuan hanyalah sosok laki-laki. Ada rasa takut andai istri lebih pandai secara keilmuan daripada suami. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline