Lihat ke Halaman Asli

Muharningsih

Pengurus IGI Kab. Gresik-Pengurus KOMNASDIK KAB. Gresik-Editor Jurnal Pendidikan WAHIDIN

6 Alasan Kenapa Menulis di Kompasiana Serupa dengan Berdagang

Diperbarui: 11 November 2023   18:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Branding diri penulis-Kompasiana (Dokpri)

Menulis dan berdagang masuk kategori kata kerja. Banyaknya persamaan diantara kedua kata tersebut, membawa saya menuliskan artikel ini. Belum genap satu tahun saya bergabung di  Kompasiana, seolah terasa lekat sehingga keranjingan dan 'gatal' jika tidak mengunggah tulisan dalam hitungan dua atau tiga hari. Jujur masih dibilang amatir sajikan tulisan.  Jika saya menengok para senior banyaklah yang sudah pioner di Kompasiana. Seperti anak ayam mengekor induknya, saya masih perlu menggali bagaimana dapat memberikan suatu telaah atau sekadar menulis supaya tetap istiqomah dan berkualitas menulis. 

Lalu nasib pembahasan seperti judul di atas, bahwa menulis serupa dengan berdagang akan saya uraikan. Membutuhkan apa saja dan di posisi mana sajakah persamaanya? Kiranya berikut hasil pemikiran saya ketika mengulik aktivitas menulis dan berdagang. 

Modal

Menulis butuh modal, baik berupa benda maupun kesiapan mental. Setidaknya menulis di Kompasiana memerlukan gawai, laptop, atau komputer, dan sejenisnya. HP efektif menghasilkan artikel. Siapkan mental ketika mengetik kata per kata. Kenapa? Sebab, andai mental sudah siap maka ketenangan dan keikhlasan hati menggerakkan jari semakin mantap mengulas. Perdana menulis tentunya dapat dimaklumi jika hasilnya jauh dari ekspektasi. Mau nulis tentang apa? Perlu persiapan matang tuk  gilas ide-idenya! Menulis daring atau luring juga perlu menjadi pertimbangan. Sehingga bisa menentukan wadah atau platform guna menuangkan berbagai ide tersebut.

Kalau Anda memulai berdagang, pastikan modal utamanya sudah sigap seperti sumber daya manusia, sarana, transportasi jika diperlukan, dan nominal. Rekrut pegawai atau mungkin Anda sendiri sebagai penjualnya. Sama halnya dengan menulis, sarana sebagai salah satu faktor penentu berhasil atau tidaknya bisnis yang dibangun. Ruko, rumah, toko, warung, mall, atau bahkan tempat lain dibutuhkan untuk menjajakan dagangan. Mau berjualan apa, ide yang cemerlang wajiblah dikantongi bagi para pedagang. 

Pihak kedua dan Ketiga

Posisi kita sebagai pelaku utama dalam menulis maupun berdagang, anggap saja disebut pihak kesatu. Lantas, pihak kedua yakni orang yang membantu kita dalam mewujudkan tulisan (seperti admin Kompasiana dilengkapi AI dalam sistem unggah, notifikasi, ataupun sirkulasi blog) maupun sales pemasaran.  Pihak kedua ini lebih dekat dengan pihak pertama, karena dapat diilustrasikan sebagai 'rahasia dapur'. Pembeli dan pembaca diibaratkan pihak ketiga. Secara jarak memang terkesan jauh dari pihak pertama, namun rutinitas interaksi menghantarkan kepada posisi dari pembeli biasa menuju pelanggan. Pelanggan inilah yang secara bebas memberikan komentar, masukan, serta kritik kepada penjual dan penulis. Kompasiana memfasilitasi kolom komentar, emoji, dan pilihan penilaian (bermanfaat, unik, aktual, inspiratif, menarik, dan menghibur).

Mengasah keterampilan 

Aksi menulis dan berdagang tidak terlepas dari kepiawaian aktor utamanya mengasah keterampilan yang dipunyai. Keterampilan ada dua macam, bawaan serta pembiasaan. Unsur bawaan atau genetika sedikit banyak mempengaruhi keterampilan ini, setidaknya sudah mendapatkan warisan sifat dan skill dasar. Lain halnya dengan pembiasaan. Orang tua maupun lingkungan sekitar secara alami menggiring cara pembiasaan kita berperilaku mengelola hobi. Sekolah berikan peran yang tak kalah penting. Mulai dari cara menulis, mengartikan, menganalisis sampai memproduksi berbagai jenis paragraf. Karya fiksi maupun nonfiksi diajarkan dalam tingkat sekolah. Hitungan matematika, agama, kimia, biologi, PKn, sampai dengan sosiologi bahkan bahasa Inggris mampu mengantarkan seorang murid dalam menggeluti dagangannya. Setiap mata pelajaran ikut berperan aktif. Contoh di lingkungan rumah, kita berkunjung ke pusat perbelanjaan, atau orang tua kita seorang pedagang, maka ilmu nyata atau ilmu terkait cara menulis dan berdagang dapat diraih selain pada pendidikan formal.

Beribadah

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline