Lihat ke Halaman Asli

Muharningsih

Pengurus IGI Kab. Gresik-Pengurus KOMNASDIK KAB. Gresik-Editor Jurnal Pendidikan WAHIDIN

Arek Gresik Kudu Paham Diglosia Wong Kroman!

Diperbarui: 19 Juni 2023   22:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Assalamualaikum, Wr. Wb.

Yo opo kabare arek Gresik?

Iki lho Lur, tak kei ruh gambarane diglosia basa Jawa lan Madura nang Kelurahan Kroman Gresik, simak yo!

Keanekaragaman budaya, ras, dan etnis di Indonesia telah menciptakan  bermacam-macam bahasa yang digunakan sebagai sarana komunikasi antaranggota masyarakatnya. Kondisi tersebut menyebabkan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat bilingual bahkan multilingual. Sesungguhnya, banyak negara di seluruh dunia berpenduduk multilingual dengan tiga atau empat bahasa yang dituturkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Hal itu selaras pula dengan pendapat Poedjosoedarmo (1985: 526) bahwa masyarakat Indonesia sebagian besarnya merupakan masyarakat yang bilingual. Situasi kebahasaan seperti itu dipicu oleh adanya pemakaian dua atau lebih bahasa.

Bahasa mempunyai ragam atau variasi yang digunakan oleh masyarakat penuturnya. Latar belakang sosial, budaya, dan situasi, masyarakat tutur dapat menentukan penggunaan bahasanya. Situasi kebahasaan pada masyarakat bilingual (dwibahasa) ataupun multilingual (multibahasa) sangat menarik untuk diteliti dalam pandangan sosiolinguistik. 

Adanya beberapa bahasa dalam interaksi verbal, serta perkembangan bahasa pada masyarakat membuat penelitian pada bidang ini selalu menarik untuk terus diteliti. Menurut Fishman (dalam Mutmainnah, 2008:2) pemilihan penggunaan bahasa oleh penutur tidak terjadi secara acak, melainkan harus mempertimbangkan beberapa faktor, antara lain siapa yang berbicara, siapa lawan bicaranya, topik apa yang sedang dibicarakan, dan di mana peristiwa tutur itu terjadi.

Diglosia merupakan fenomena masyarakat yang menggunakan dua bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Gresik kota pesisir yang terdiri dari beragam kebudayaan dan bahasa. Diglosia dapat dijumpai pada masyarakat Kabupaten Gresik. Paparan deskripsi ini ingin mengetahui situasi diglosia pada penutur bahasa Jawa dan Madura di Kelurahan Kroman Kecamatan Gresik Kabupaten Gresik. Analisis diglosia menggunakan teori Ferguson, yakni fungsi, prestise, pemerolehan, standardisasi, stabilitas, gramatika, leksikon, dan fonologi.

Kelurahan KromanKelurahan Kroman Kabupaten Gresik memiliki dua bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, yakni bahasa Jawa dan Madura.Bahasa Jawa yang digunakan lebih pada bahasa Jawa ngoko dan krama madya. Hal ini menjadi ciri khas orang Jawa Timur ketika berkomunikasi dengan orang lain. 

Kata "awakmu" yang berarti kamu, digunakan untuk seseorang dengan tingkatan di bawah kita seperti seseorang yang lebih muda.Kata tersebut hanya digunakan pada wilayah Jawa Timur, berbeda dengan Jawa Tengah yang menggunakaan kata kowe (Jawa ngoko). Penggunaan bahasa Jawa karma madya, pada masyarakat Kelurahan Kroman lebih banyak menggunakan kata sampeyan dalam mengungkapkan kata kamu untuk berkomunikasi dengan teman atau orang yang lebih tua. 

Namun, berbeda dengan di Jawa Tengah kata panjenengan merupakan mengungkapan dari kata kamu. Bahasa Jawa Krama Inggil jarang digunakan, hal ini dikarenakan penduduk Kelurahan Kroman manyoritas adalah orang pendatang dari berbagai daerah di sekitar Gresik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline