Lihat ke Halaman Asli

Fili ZuriZulki Muharman

Fili ZuriZulki Muharman

Cerpen | Sebuah Percakapan Sunyi

Diperbarui: 7 Desember 2018   22:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://tiarait.wordpress.com

Suatu ketika saat sedang membaca buku diperpustakaan, salah satu teman perempuanku datang menghampiri. Namanya Elsi, orangnya baik dan menyenangkan. "Hai! numpang duduk disini ya" ujarnya tersenyum. Dia memang selalu begitu, senyumannya tak pernah luntur. Tapi kali ini berbeda, dari sorot matanya jelas ada sesuatu yang disembunyikannya.

"Silahkan duduk, Elsi" aku menjawab dengan senyuman yang tak kalah hangat. Dia duduk persis disampingku, meskipun sebenarnya masih banyak pilihan bangku yang lain

Setelah menjawab pertanyaan itu suasana mendadak hening. Kebetulan hari ini pustaka juga sepi pengunjung. Kulihat dia hanya diam, sesekali dia menunduk kebawah. "Ada apa gerangan" ujarku membathin. Tidak seperti biasanya dia semurung ini. Kuberanikan saja membuka percakapan.

"Elsi, tugas Praktikum Web kamu sudah siap?" tanyaku. Dia hanya menggeleng, terlihat sekali dia sedang tak ingin banyak bicara. Akhirnya kuputuskan melanjutkan membaca buku. Ya, membaca merupakan sebuah kewajiban bagiku. Rasanya ada yang kurang jika dalam sehari tidak membaca. Sementara laptopku yang sudah di shutdown kubiarkan saja terbuka dimeja.

"Kenapa sih hidup ini nggak adil" ujarnya dengan tiba-tiba

"Maksudmu?" tanyaku heran

"Iya, kenapa semua cobaan ini datang menimpaku disaat aku belum siap untuk menghadapinya. Sementara diluar sana aku lihat orang-orang tertawa lepas tanpa beban " ujarnya dengan wajah sedikit cemberut

"Kamu tahu, semester ini banyak matakuliahku yang tercancam gagal. Belum lagi orang tuaku akan bercerai dan aku sama sekali tidak menginginkan itu terjadi. Sementara dia juga pergi meninggalkanku disaat-saat sulit seperti ini. Aku sangat frustrasi. Aku berhenti sajalah menjalani semua ini, aku sudah tidak sanggup" ucapnya panjang lebar. Terlihat sekali dia mencoba menahan tangis, aku juga merasakannya.

"Jangan berhenti!" ucapku dengan nada serius

"Kenapa? Kamu nggak akan  mengerti. Aku sudah sangat lelah" ucapnya dengan wajah memelas

"Iya, karena waktu tak pernah berhenti. Waktu akan terus berputar, hidup akan terus berjalan. Pada dasarnya kamu tidak berhenti, kamu hanya istirahat" ujarku tenang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline