Lihat ke Halaman Asli

Muhari Syahputra

Mahasiswa Aktif Universitas Abdurrab Pekanbaru,Riau

Pandangan Pemerintahan Clinton terhadap Islam

Diperbarui: 29 Desember 2019   15:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pejabat-pejabat pemerintahan Clinton menawarkan interpretasi yang lebih liberal tentang Islam politik dibandingkan para pembantu Bush. Djerejian,Lake, dan Pelletreau, misalnya, mengatakan bahwa kembali ditekankannya nilai-nilai tradisional dunia Muslim bukan berarti niscaya akan berbenturan dengan Barat atau dengan nilai-nilai demokratis.

Malah sebaliknya,nilai-nilai tradisional ini,tegas Presiden Clinton,selaras dengan nilai-nilai Barat: "Nilai-nilai tradisional Islam setia pada kepercayaan dan ikhtiar, pada keluarga dan masyarakat selaras dengan prinsip-prinsip terbaik yang dianut Amerika. Karenanya, kita tahu bahwa bangsa kita, kepercayaan kita, kebudayaan kita, bisa hidup harmonis berdampingan." Clinton sering mengutip pesan toleransi yang dibawa Nabi Muhammad bagi pengikutnya dan umat agama lain. Dengan menolak pandangan banyak konfrontasionalis di Timur Tengah maupun di Amerika Serikat, pernyataan-pernyataan Presiden ini dimaksudkan untuk melepaskan segala bentuk keraguan dalam pikiran orang akan sebuah perang yang tak terelakkan antara dunia Islam dan Barat yang beragama Kristen.

Dalam pidatonya di depan parlemen Yordania, Clinton memilih untuk mengajukan tema AS sebagai "jembatan" antara dua sistem spiritual yang berbeda, dan bukan sebagai negara pembela agama: "Setiap hari di negeri kami, jutaan warganegara kami menjawab panggilan Muslim (adzan) untuk salat"; nilai-nilai mereka "selaras dengan nilai-nilai ideal yang terbaik dari bangsa Amerika."

Dilaporkan bahwa pada saat itu Clinton memutuskan untuk mengangkat gagasan toleransi Muslim guna mengembangkan suatu strategi dasar untuk menawarkan dukungan bagi kaum moderat di dalam komunitas Muslim yang lebih besar. Dengan pernyataan-pernyataan kuatnya ini, Clinton bukan hanya menceburkan diri ke kancah debat intelektual besar di dunia Barat dan Muslim,tapi juga menegaskan kembali kepercayaannya pada koeksistensi dan dialog, bukannya pada konfrontasi.

Menurut seorang diplomat AS, yang terlibat bersama beberapa pejabat lain menuliskan pidato Clinton untuk parlemen Yordania itu, para pembantu Presiden ingin menempatkannya dalam catatan sejarah sebagai pendukung tesis harmoni dan menolak tesis perang peradaban.

Lima bulan sesudahnya, dalam sebuah konferensi pers bersama Raja Hassan, Presiden Clinton menyampaikan pesan yang sama: Islam bisa menjadi sebuah kekuatan besar untuk toleransi dan moderasi di dunia ini, dan nilai-nilai tradisionalnya serasi dengan idealisme terbaik Barat. Seperti yang saya katakan dalam pidato saya untuk parlemen-parlemen Yordania dan Israel, Amerika Serikat sangat respek pada Islam dan ingin bekerja sama dengan umatnya di seluruh dunia untuk menjaga perdamaian dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline