Lihat ke Halaman Asli

Muharika Adi Wiraputra

Penggiat Sejarah

Melihat Keseruan "Dalang Cilik" Belajar Mendalang di Sanggar Dhemes

Diperbarui: 18 Januari 2025   13:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kegiatan belajar mendalang di Sanggar Dhemes (Dokpri) 

Terima Kasih sudah mengklik dan mau membaca artikel blog ini. Kali ini Saya akan bagikan cerita tentang bagaimana para Dalang Cilik belajar mendalang Wayang Kulit serta belajar menabuh gamelan di Sanggar Dhemes, sampai kedatangan Mahasiswi cantik dari Jepang. Simak ulasannya

Sanggar Dhemes, sebuah sanggar seni yang lahir dari kecintaan mendalam seorang dalang, Ki Wiji Santoso, terhadap seni wayang kulit. Perjalanan mendirikan sanggar ini dimulai dari semangat masa kecil Ki Wiji yang sudah terpikat oleh alunan gamelan dan kisah-kisah wayang. Baginya, seni pedalangan bukan sekadar hiburan, tetapi warisan luhur bangsa yang harus terus hidup di tengah arus modernisasi.

Sanggar Dhemes terletak di Perumahan Rejosari Makmur Blok R nomor 14 Rt.04/Rw.01, Kelurahan Rejosari,  Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo.

Setiap di akhir pekan, para siswa "Dalang Cilik" datang dengan penuh semangat, siap untuk belajar mendalang dan memainkan gamelan. Siswa yang belajar di Sanggar Dhemes usia nya mulai dari usia 5-17 tahun, dengan berbagai latar belakang yang berbeda.

Di awal mereka ingin belajar mendalang, Ki Wiji Santoso memperkenalkan dasar-dasar seni pedalangan. Mulai dari cara memegang wayang, mengenal tokoh-tokoh wayang berikut sifat-sifatnya, hingga mempelajari alat-alat penunjang seperti kepyak, cempolo, dan dhodogan. Materi pengajaran menggunakan naskah sederhana yang ditulis langsung oleh Ki Wiji, dengan lakon-lakon menarik seperti Gathutkaca Jedi, Wahyu Cakraningrat, hingga Srikandhi Meguru Manah.

Belajar memegang dan mengenal tokoh wayang ( Dokpri) 

Setelah memahami dasar-dasarnya, para siswa melangkah ke tahap yang lebih seru: memainkan wayang di kelir. Setiap siswa diberikan naskah sesuai tingkat kemampuannya, dengan durasi pementasan yang sengaja dibuat singkat, antara 25 hingga 60 menit. Pendekatan ini memudahkan anak-anak untuk menghafal dialog dan memahami karakter setiap tokoh.

Salah satu momen berkesan di sanggar ini adalah ketika Ki Wiji mengajak siswa maju ke depan untuk mempresentasikan apa yang telah mereka pelajari. Dalam suasana hangat dan penuh dukungan, mereka membaca naskah, mempraktikkan intonasi, dan mencoba menjiwai tokoh-tokoh wayang yang dimainkan. Dengan sabar, Ki Wiji memberikan masukan dan contoh, memastikan setiap siswa merasa percaya diri untuk terus belajar.

2 Dalang cilik belajar mendalang dengan cerita bersambung dan bergantian (Dokpri) 

Selain seni mendalang, Sanggar Dhemes juga menawarkan pelatihan karawitan. Para siswa diajarkan memainkan berbagai alat musik gamelan, mulai dari kenong, bonang, kendang, gong, hingga siter dan suling Jawa. Dengan menggunakan laras slendro dan pelog, gamelan ini menjadi pengiring setia dalam pementasan wayang kulit, hingga tari-tarian tradisional. Latihan karawitan untuk mengiringi temannya yang sedang belajar mendalang ini di buat untuk membangun rasa kebersamaan dan keselarasan setiap siswa.

Siswa belajar untuk menabuh gamelan (Dokpri) 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline