Lihat ke Halaman Asli

2014: Selamat Datang Pemilu!!

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ya, sepertinya itu menjadi kalimat yang paling tepat kita ucapkan untuk menyambut tahun baru, mengingat tahun 2013 baru saja kita tinggalkan dan kita mulai menginjak pada tahun 2014. Sepertinya tahun ini menjadi tahun yang sangat ditunggu-tunggu oleh semua orang, tidak terkecuali orang nomor satu di Indonesia saat ini yakni Susilo Bambang Yudhoyono, karena di tahun 2014 ini kita akan menyelenggarakan acara akbar. Seluruh elemen masyarakat Negeri ini akan ikut merayakan acara tersebut tanpa terkecuali bagi yang telah memenuhi syarat. Acara ini menjadi sangat penting, lantaran kita akan memilih siapa yang akan menjadi pemimpin bangsa Indonesia selama kurang lebih 5 tahun ke depan.

Dan sepertinya tahun ini akan menyuguhkan suasana yang berbeda dari pemilu-pemilu sebelumnya. Mengapa bisa demikian? Kurang lebih lima bulan lamanya menjelang diselenggarakan pemilu tahun ini, banyak para petinggi Negara yang terseret ke dalam lubang korupsi. Tidak tanggung-tangung, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berhasil mengungkap berbagai kasus dan skandal korupsi yang menggerogoti bangsa ini. Kebanyakan dari mereka adalah anggota partai politik peserta pemilu.

Seperti petaka yang datang tanpa disangka-sangka, mereka yang berteriak “Tidak Pada KORUPSI!!” justru berbuntut masuk ke jeruji besi terlebih dahulu sebelum perang pemilu dimulai. Sungguh tidak punya malu bukan? Bukan maksud saya untuk membuka aib partai politik, tapi memang begitu kenyataan yang ada. Masyarakat Indonesia juga bukan orang yang mudah dibodohi, kita punya akal dan pikiran untuk memilih mana yang baik dan yang buruk. Tapi apa dikata? Kita tak bisa berbuat banyak untuk ikut andil dalam mengatur Negara ini. Demokrasi yang kita jalankan selama ini hanya sebatas coretan di atas kertas saja, karena masyarakat tidak mempunyai wadah untuk berpartisipasi di dalamnya.

Sekarang ini sudah memasuki tahun pemilu, berbagai perang janji telah dimulai. Dengan segala kecanggihan tekhnologi dan uang yang mereka miliki, partai politik peserta pemilu 2014 mulai berkampanye untuk menarik hati rakyat. Mereka mulai menjalankan amunisinya guna perang pemilu pada bulan juni mendatang. Meskipun demikian, banyak di antara mereka yang saat ini sedang mengalami kebimbangan. Maksud saya partai politik itu sendiri. Ya, karena mereka masih dirundung pilu oleh siapa yang pantas dicalonkan menjadi CAPRES 2014. Seperti contohnya saja di dalam kubu Partai Demokrat, mereka baru saja memilih calon pengganti Anas Urbaningrum yang sedang menjadi tersangka dari kasus Hambalang.

Mereka saling beradu janji untuk bisa menggaet hati rakyat. Tidak hanya sampai di situ, setiap kali pemilihan umum seperti ini, kita sebagai warga Negara sering mendapat uang yang entah dari mana asalnya. Jika menerima uang tersebut, kita biasanya diharuskan memilih partai yang memberikan uang itu. Apakah hal semacam itu bisa kita katakan bahwa INDONESIA sebagai Negara yang demokrasi? Money politik telah menjadi cara ampuh untuk membeli suara-suara rakyat.

Itu semua dilakukan oleh partai politik agar Kader yang telah dicalonkan menang dalam pemilu. Meskipun money politik telah menjadi rahasia umum lagi, lantas apa yang akan kita lakukan sebagai warga Negara? Setiap tahun kita menyaksikan kebebasan partai politik membeli suara-suara rakyat, yang kesemuanya itu tanpa adanya penolakan dari mereka. Ya, karena kondisi ekonomi kita yang lemah sehingga ketika ada uang mengalir, siapa yang akan menolaknya? Dari situlah, kemudian ideologi dapat dikalahkan dengan kepentingan partai politik. Apakah kita akan terus terlena seperti ini? Jika memang begitu, kita hanya akan menjadi Negara yang diinjak-injak oleh para pemimpinnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline