Lihat ke Halaman Asli

Sebaiknya Indonesia Memang Kalah

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Ini bukan tentang Kepelatihan Rahmad Darmawan yang bertangan dingin, dan juga bukan karena performa para pemain yang heroik. Namun ini jelas tentang PSSI sebagai penanggung jawab persepakbolaan Indonesia. Jangan dikira Menegpora tidak memiliki andil atas sepakbola Indonesia, mereka tetap memiliki kontribusi atas kesia-siaan potensi sepakbola Indonesia. Mereka juga pernah terjebak dalam politisasi dan kekisruhan sepakbola nasional.

Lalu apa jadinya jika Indonesia berhasil memenangkan atas Malaysia dalam SEA Games kemarin? Jika yang terjadi demikian, makin besar kepala para PSSI. Sudah tentu berebutan saling klaim baik pendahulu maupun pejabat saat ini, juga tak ketinggalan pemerintah. Sudah tentu pula klaim ini selalu berujung pada kepentingan politik dan perebutan pengaruh. Sementara masyarakat pun bisa berkelakar, “Indonesia hebat, PSSI-nya amburadul aja bisa menghasilkan juara. Apalagi kalau PSSI-nya waras, Indonesia bisa juara dunia.” Untungnya Indonesia tidak jadi menang, dan terhindarkan dari rasa takabur.

Dari sisi skuad Garuda Muda, mereka tentu saja tidak pernah salah, mereka hanyalah produk dari sebuah sistem yang diciptakan oleh PSSI baik yang lalu maupun yang sekarang. Jadi janganlah sekali-kali menghujat Yongki Aribowo atau Oktavianus Maniani, mereka sudah memainkan perannya sesuai nalurinya. Jika dilihat lebih jauh, kita harus mengakui bahwa sebagian besar skuad Garuda Muda tidak dilahirkan dari kompetisi sepak bola Indonesia yakni Liga Super Indonesia. Mereka seolah menjadi tentara yang tak pernah masuk medan perang sebelumnya lalu dipaksa memikul beban negara. Anda pasti tak akan pernah tahu siapa ramdani lestaluhu, juga siapa Hasyim Kipuw sampai dengan SEA Games 2011 diselenggarakan. Mereka hanyalah nama-nama yang berkelebatan dalam gelaran Liga Indonesia. Meski skill mumpuni, mereka tidak lebih dari pemain spesialis yang diturunkan dalam sepuluh menit terakhir ketika tim frustrasi. Kalaupun masih ada pemain muda berbakat dan berpengalaman dalam pertandingan liga, hal ini semata-mata atas kebaikan klub memberi kesempatan bermain dengan mengesampingkan pemain asing atau pemain senior.

Jadi biarkan Indonesia terus kalah sampai PSSI sadar akan kesalahannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline