Lihat ke Halaman Asli

Paradigma Integrasi dalam Ilmu Astronomi: Menggali Kebesaran Tuhan Melalui Langit dan Bumi

Diperbarui: 18 Desember 2024   17:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: astronomi-id.blogspot.com

 Integrasi paradigma sangat penting untuk memahami astronomi dan ilmu pengetahuan lainnya karena memadukan aspek teks agama (bayani), pemikiran logistik dan ilmiah (burhani), dan penghayatan spiritual (irfani). Metode ini memastikan bahwa ilmu yang digali memiliki nilai moral dan spiritual sehingga bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan. Dalam konteks Islam Integrasi ini memperkuat posisi ilmu pengetahuan sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan memahami tanda-tanda kebesaran-Nya di alam semesta. 

 Astronomi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari planet, bintang, bulan, dan galaksi di langit. Dalam islam astronom sering digunakan untuk menentukan waktu shalat dan puasa, arah kiblat, dan penaggalan hijriah. Ilmu ini menunjukkan keteraturan yang merupakan tanda kebesaran Allah dan menunjukkan keajaiban ciptaan-Nya.

Aspek Bayani

Ayat yang digunakan: QS Yunus: 5

Sumber: alquranmulia.wordpress.com

        

"Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan ditetapkan-Nya tempat-tempat bagi perjalanan bulan itu supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu."

 Dialah yang menciptakan langit dan bumi sebagai bukti kebesaran dan kekuasaan-Nya; Dialah yang membuat matahari bersinar sangat terang, yang menghasilkan kehangatan untuk alam raya, dan bulan bersinar karena pantulan energi matahari. Dia juga menentukan tempat orbit bulan dan matahari, yang memungkinkan manusia menghitung tahun dan perhitungan waktu. Allah menjadikan hal yang sempurna itu dengan benar, dengan hikmah yang luar biasa. Dia menunjukkan tanda-tanda kebesaran-Nya kepada mereka yang mengetahui, dan mereka yang ingin mengambil pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan Allah di alam raya ini. 

Dalam tafsir klasik (Tafsir Al-Qurthubi) menjelaskan bahwa ayat ini menunjukkan kebesaran Allah yang mengatur pergerakan matahari dan bulan secara harmonis untuk kemaslahatan manusia, seperti menentukan waktu dan kalender.

 Begitupun dalam tafsir modern (Tafsir Al-Mishbah) Quraish Shihab menyoroti peran ayat ini dalam perkembangan ilmu astronomi, menegaskan bahwa keteraturan pergerakan benda langit dapat menjadi landasan ilmu perhitungan dan teknologi modern, termasuk penanggalan dan navigasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline