Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Firdaus

Education, Economic and Political Studies

Menakar Eksistensi Batu Bara di Tengah Transisi Energi Baru Terbarukan terhadap Ketahanan Energi Nasional

Diperbarui: 17 Januari 2022   14:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Batu bara - bahan bakar fosil - adalah sumber energi terpenting untuk pembangkitan listrik dan berfungsi sebagai bahan bakar pokok untuk produksi baja dan semen. Namun demikian, batu bara juga memiliki karakter negatif yaitu disebut sebagai sumber energi yang paling banyak menimbulkan polusi akibat tingginya kandungan karbon. Sumber energi penting lain, seperti gas alam, memiliki tingkat polusi yang lebih sedikit namun lebih rentan terhadap fluktuasi harga di pasar dunia. Dengan demikian, semakin banyak industri di dunia yang mulai mengalihkan fokus energi mereka ke batu bara.

Ditengah meningkatnya harga energi dunia, harga batu bara pun ikut naik melewati angka $200 per ton. Kenaikan harga yang sedang terjadi tentu akan mendorong PLN untuk meraup untung yang tinggi. Hal ini pun dimanfatkan oleh pemerintah untuk menahan keran ekspor batubara Indonesia sejak tanggal 1 sampai 31 Januari 2022, pada akhirnya di buka kembali dipertengahan januari ini akibat desakan negara Korea Selatan, China, Jepang dan negara tujuan ekspor batubara Indonesia lainnya yang kebingungan akibat cadangan batubara dinegaranya semakin menipis.

Larangan ekspor tersebut ditengarai krisis kebutuhan batu bara untuk pasar domestik yang dialami Indonesia sebagai negara pengekspor batu bara. Kritisnya pasokan di dalam negeri karena tak diberlakukannya Domestic Market Obligasion (DMO). PLN membutuhkan stok 20 juta metrik ton untuk memastikan stok aman hingga 20 hari. Pada tanggal 5 januari PLN masih kekurangan 6,1 juta metrik ton batu bara untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Indonesia saat ini merupakan eksportir utama batu bara termal di dunia dengan volume ekspor mencapai 400 juta ton (2020), atau setara dengan 40% dari ekspor batu bara jenis pembangkit listrik tersebut yang beredar di pasar global-menurut data International Energy Agency (IEA).

Cadangan batu bara Indonesia terbilang sangat besar dengan jumlah 125,28 miliar ton dan cadangan yang dapat ditambang sebesar 32,36 miliar ton. Selama 13 tahun terakhir (2003-2016), produksi batubara Indonesia terus meningkat rata-rata 11% setiap tahunnya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor

Pada masa mendatang, kebutuhan batubara oleh industri domestik akan semakin besar. Perkiraan kebutuhan batubara oleh industri domestik 2020-2035 ini sangat penting, disebabkan keberadaan bahan bakar minyak semakin terbatas, karena yang sudah dieksploitasi tidak dapat terbarukan, sehingga akan menjadi langka dan harganya akan makin mahal (Haryadi, 2018).

Giatnya mempensiunkan PLTU diberbagai negara termasuk Indonesia. Rencana ini memakan anggaran jumbo karena pemerintah harus mengkompensasi kontrak penjualan yang terlanjur disepakati antara pemilik PLTU batu bara kepada PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Biaya pensiun dini PLTU batu bara tidak sebatas menghentikan operasional pembangkit. 

Pemerintah juga harus mencari pengganti atas pasokan energi yang hilang dari pensiun dini tersebut. Pengembangan industri ini juga harus sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan Perjanjian Paris.

Langkah untuk mempensiunkan batu bara tidak mudah mengingat mayoritas pasokan listrik di Indonesia berasal dari pembangkit batu bara. Data Kementerian ESDM menunjukkan 50% dari kapasitas daya listrik Indonesia bersumber dari PLTU.

Selain lambatnya pengembangan energi baru dan terbarukan, melimpahnya cadangan dan harga tinggi batu bara membuat banyak perusahaan masih tergoda memanen dan memanfaatkannya menjadi produk turunan. Seperti Bukit Asam, sejumlah raksasa pertambangan batu bara menyiapkan proyek gasifikasi---meski emisi karbon gasifikasi batu bara masih lebih tinggi dibanding elpiji yang digantikannya.

Perubahan arah kebijakan energi nasional yang sedang mengarah ke penutupan PLTU agaknya tak membikin risau penambang batu bara. Batu bara masih menjadi andalan untuk memasok pembangkit listrik beban dasar dengan harga terjangkau di sebagian besar negara, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Perusahaan-perusahaan penambang batu bara akan memposisikan diri memenuhi permintaan batu bara yang masih akan ada di masa mendatang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline