Lihat ke Halaman Asli

Sound Of Sound

Diperbarui: 17 Juni 2015   21:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lampu pijar penuh warna melenggak lenggok lincah seiring gelombang irama musik yang di putar oleh sang disc jockey (DJ). Tepat pada tanggal 11 oktoberberpasang pasang kaki memadati daerah sekitaran nusa dua Bali untuk berbondong bondong menuju Pirates Bay tempat terselenggaranya event “Holi Party Of Colors”. Event yang diselenggaran oleh Dewata 101 Project ini bertujuan untuk memecahkan rekor muri yang dimeriahkan oleh 100 DJ plus dengan bintang tamunya yaitu Princess Joana dengan tajuk non-stop live set from 101 DJs yang berarti akan memekikan telinga kalian dengan musik-musiknya secara estafet tanpa henti! Dimulai pukul satu siang sampai dengan kurang lebih satu malam.

Cukup dengan hanya menunjukan invitation berformat e-invitation yang dibagikan secara cuma-cuma oleh pihak panitia serta menggunakan dresscode yang telah ditetapkan sebelumnya kita dapat turut serta ambil andil dalam event yang bertujuan memecahkan rekor muri ini. Namun agar kita tidak kagok saat acara berlangsung mari kita sebelumnya untuk mengetahui apa sebenarnya Electronic Dance Musik atau yang lebih sering disingkat EDM.

EDM adalah genre yang sedang menjamur dikalangan anak muda jaman sekarang, tak hanya di barat wabah ini juga sudah menjangkit anak muda di Indonesia mungkin inilah salah satu bentuk westernisasi. Namun kita tidak akan membahas westernisasi lebih tepatnya kita akan mengupas singkat tenang Electronic Dance Music yang selanjutnya akan ditulis EDM. Banyak sumber yang melansir kapan sebenarnya EDM itu muncul dalam ranah dunia hiburan musik, namun yang paling santer didengungkan oleh berbagai sumber bahwa EDM lahir kurang lebih tahun 1960s dikala itu alat yang digunakan masih sangat sederhana diantara lain berupa bass, synthesizer.

Masih berkutat pada tahun tersebut EDM masih sangat kental dengan warna diskonya. Namun perkembangan zaman memaksa EDM senantia turut berkembang. Seiring perkembangan alat teknologi kini DJ lebih sering menyandingkan laptopnya saat performance untuk menambahkan kesan electro pada tiap pertunjukannya. Memanfaatkan fenomena ini banyak kalangan musisi yang tidak datang dari rumpun musik EDM mengkolaborasikan musiknya antara lain Zedd ft. Foxez dengan clarity, calvin harris ft. Ellie goulding dengan i need your love dan masih banyak lagi.

Hal ini berdampak positif bagi kedua belah pihak yang berhasil mengkolaborasikan kedua musik mereka. EDM memiliki banyak aliran antara lain trance, dubstep, house, techno, dan masih banyak lagi. Di Indonesia kita juga memiliki DJ yang telah memiliki taring yang cukup tajam untuk menunjukkan eksistensinya di kancah internasional sebut saja Angger Dimas, Kesha Ayres, Mahesa Utara, The Mon Mon Brothers, Jester Amadeus, Rizky Arifian, Inno Mogu Mogu, Pietro Farddel, Yudha Satria dan masih banyak DJ lainnya yang memiliki taring walau hanya dalam kancah nasional.

Dalam setiap fenomena pasti ada yang pro maupun yang kontra dalam menyikapinya, tidak dapat dihindari fenomena EDM pun juga terkena imbasnya. Beberapa kalangan berpendapat bahwa EDM berpengaruh negatif karena identik dengan kehidupan malam yang berbau hedonis hal ini juga dikaitkan dengan meningkatnya pengguna obat-obatan terlarang, seks bebas dan lain-lain dikarenakan penikmat EDM lebih sering berkumpul pada suatu klub atau tempat-tempat hiburan malam yang telah dicap negatif oleh kalangan-kalangan tersebut. Sebenarnya hal itu kembali kepada individu masing-masing sebagaimana mereka menyikapinya dan jangan terlalu memandang suatu hal dengan satu sudut pandang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline