Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Zaki

Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab Universitas Darussalam Gontor

Ketika Puasa Tersentuh Pingsan: Antara Kewajiban dan Kesehatan, Dilanjutkan atau Dibatalkan?

Diperbarui: 1 April 2024   12:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(sumber gambar: Stratus Neuro)

Di antara berkah dan ujian yang menyertai ibadah puasa Ramadan adalah kewajiban menjaga kesehatan tubuh. Namun, terkadang situasi tak terduga dapat mempengaruhi kesehatan seseorang, menyebabkan kondisi pingsan saat menjalankan puasa. 

Di momen ini, muncul pertanyaan bermakna: apakah seseorang yang pingsan ketika berpuasa harus melanjutkan ibadah puasanya ataukah ia diperbolehkan untuk membatalkannya?

Menjawab pertanyaan ini membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang hukum Islam dan perhatian terhadap kesejahteraan individu. Dalam Islam, kesehatan adalah amanah yang harus dijaga dengan sebaik mungkin. Ketika seseorang pingsan, kondisi tersebut memerlukan perhatian medis yang serius.

Ada dua pandangan utama dalam hal ini. Pertama, ada pandangan yang berpendapat bahwa ketika seseorang pingsan saat berpuasa, puasanya otomatis batal dan dia harus menggantinya di kemudian hari setelah dia pulih. Pendapat ini didasarkan pada prinsip bahwa seseorang yang tidak sadar tidak mampu untuk menjalankan ibadah puasa dengan benar dan tidak dapat mengendalikan niatnya.

Di sisi lain, ada pandangan lain yang menyatakan bahwa jika seseorang pingsan karena faktor yang tidak dapat dihindari, seperti penyakit atau kelelahan yang berlebihan, maka puasanya tidak batal dan dia diperbolehkan untuk melanjutkannya setelah pulih. Pendapat ini mempertimbangkan bahwa kondisi pingsan tidak terduga dan di luar kendali individu tersebut.

Adapun dalil yang bisa dijadikan rujukan dalam masalah ini, Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 286 menyatakan: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." Ayat ini menunjukkan bahwa Allah SWT memahami batasan kemampuan manusia dan memberikan kelonggaran dalam menghadapi kondisi yang melebihi kendali mereka.

Hadis Nabi Muhammad SAW juga memberikan petunjuk dalam konteks ini. Diriwayatkan bahwa Nabi pernah bersabda, "Sesungguhnya Allah mencintai untuk dilihat tanda-tanda nikmat-Nya atas hamba-hamba-Nya." Hal ini menunjukkan bahwa Allah SWT memperhatikan kondisi kesehatan dan kemampuan setiap individu.

Dalam konteks hukum Islam, prinsip utama adalah menjaga kesehatan dan kesejahteraan individu. Oleh karena itu, jika seseorang pingsan saat berpuasa, penting untuk segera mendapatkan perawatan medis yang sesuai. Setelah pulih, dia dapat menilai kondisinya sendiri dan memutuskan apakah akan melanjutkan puasanya atau menggantinya di kemudian hari.

Dengan demikian, penting bagi individu untuk memahami hukum-hukum Islam dengan cermat dan konsultasi dengan ahli agama atau profesional medis jika menghadapi situasi yang membingungkan terkait puasa Ramadan.

Dengan berbagai pandangan dan dalil yang ada, penting bagi umat Islam untuk mengambil keputusan yang bijaksana dan mempertimbangkan kesehatan dan kesejahteraan pribadi dalam menjalankan ibadah puasa Ramadan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline